Bagi sebagian traveler, ke Malaysia modal backpacker sudah biasa dan aman dilakukan. Nggak masalah tanpa kemampuan bahasa asing, karena bahasa Melayu dan bahasa Indonesia memiliki kemiripan. Malahan yang berat itu menyesuaikan kondisi keuangan yang nggak stabil karena naik turun konversi mata uang. Rupiah lagi anjlok, shay! Etapi, yakin masih aman saja? Pengalaman backpacker delapan jam naik bus ke Kuala Terengganu lumayan berkesan buat saya.
Perjalanan
ke Terengganu sebenarnya bukan sekedar backpackeran bareng teman seperti
lazimnya anak muda. Peserta kali ini emak-emak dan orang tua dalam misi
meningkatkan derajat institusi. Perjadin backpacker di saat negara sudah memotong anggaran
perjadin terutama untuk dosen biasa. Namun perjalanan masih dapat dinikmati
selama kita menggunakan sudut pandang lain.
![]() |
Backpacker sebagai solusi hemat dan praktis dalam perjalanan [Photo: Pexels] |
Backpacker ke Malaysia dengan Koper
Backpacker
ke Malaysia dengan koper bukan nggak mungkin dilakukan.
Tinggal pilih saja koper dengan kapasitas kecil atau koper kabin. Perjalanan
langsung menyenangkan. Meskipun judulnya bukan lagi backpacker, karena
nggak menggunakan backpack (ransel).
Salah
satu kelebihan membawa koper saat melakukan perjalanan adalah pengaruran barang
yang lebih terorganisir. Bahu pun tidak pegal jika harus melewati luasnya
bandara. Kekurangannya mungkin agak rempong saat pindah sana sini.
Saya
sendiri membawa koper kabin dengan muatan tidak sampai lima kilo. Isinya
lumayan untuk stok satu minggu. Ditambah dengan ruang kosong yang bisa diisi
saat kembali ke tanah air. Biasanya, saat pulang ruang di koper justru nggak
muat karena pengaturan yang berubah.
Jika
ke Malaysia dengan koper kabin atau tidak membeli bagasi, pastikan saja untuk
membawa koper plastik yang ringan dan aman. Usahakan tidak membawa terlalu
banyak barang untuk mencegah overweight saat penimbangan. Lebih baik
kurang daripada berlebih, kan?
Pilih
pakaian yang tipis dan gampang di mix and match untuk dimasukkan ke
dalam koper. Saat bepergian saya memilih membawa satu rok dan satu celana
panjang dengan varian atasan yang beragam. Saya juga berkerudung, maka pilihan
kerudungnya juga hanya beberapa dan gampang dikombinasikan dengan pakaian
lainnya. Jadi, kalau perjalanan kali ini sekaligus untuk memperbaiki feed Instagram,
sudah tentu tetap tampil oke meski pakaian terbatas.
Terengganu, Semananjung Malaysia Timur
Bagi
pelancong atau penikmat alam, tentu saja tidak asing dengan nama Terengganu.
Kota ini terkenal dengan pesona pantainya yang indah. Bahkan salah satu objek
wisatanya juga disebut di serial Bidaah, Putri Redang.
Nah, Pulau Putri Redang terletak di kawasan Terengganu juga.
Terengganu,
atau dikenal dengan Terengganu Darul Iman merupakan bagian dari negara Malaysia
yang lokasinya di pantai timur. Orang lokal menyebutnya Semenanjung Malaysia
Timur. Terengganu juga berbatasan dengan Kelantan dan Pahang. Sistem
pemerintahannya Parlemen Monarki Konstitusional yang dipimpin oleh Sultan Mizan
Zainal Abidin.
Terengganu
sempat diduduki Inggris pada tahun 1909, Jepang pada tahun 1948, dan bergabung
dengan Federasi Malaysia pada tahun 1948. Selanjutnya mendapatkan kemerdekaan
bersama Malaysia pada 31 Agustus 1957. Beberapa tahun setelah Indonesia, tapi
saat ini sebagian besar masyarakat dunia mengakui Malaysia lebih unggul dari
berbagai aspek.
![]() |
Majid Kristal, Terengganu, Malaysia [Photo: iStock] |
Meskipun
sama-sama menggunakan bahasa Melayu, tapi dialek Terengganu agak sulit
dipahami. Lebih kental dan terkesan seperti berkumur-kumur. Hm, saya auto ingat
dialek Aceh Besar yang berbeda antara pesisir dan pegunungannya. Dialek Aceh
Besar bagian pesisir seperti orang marah dan berkumur-kumur, saya sering gagal
paham.
Sementara
dari raut wajah, orang-orang di Terengganu terlihat lebih sipit dan mirip etnis
Tionghoa. Mungkin karena semenanjung timur Malaysia sudah lebih ke utara,
sehingga wajah mereka mendekati China. Satu hal yang menarik, berbicara tentang
Indonesia dengan orang Terengganu, mereka sangat familiar dengan Palembang.
Bahkan ada menu khas daerah yang mirip sekali dengan pempek Palembang, lho.
Ke Terengganu dengan Bus
Sebagai
tempat wisata laut, Terengganu memiliki kesitimewaan tersendiri. Akses
transportasi juga mudah. Meskipun bagi orang Kuala Lumpur sangat jauh. Bagi
saya yang tinggal di Aceh, akses ke Terengganu dari Kuala Lumpur tidak jauh
berbeda dengan akses ke daerah kabupaten Aceh dari Kota Banda Aceh. Ke
Terengganu dengan bus menempuh waktu sekitar delapan jam perjalanan langsung.
Jarak ini sama dengan jarak tempuh dari Banda Aceh ke Takengon dengan mini bus
jenis Hi-Ace atau mopen L300, kok.
Ada
juga moda transportasi udara. Biasanya ada pesawat kecil yang akan terbang dari
Terminal 1 ke Terengganu. Bahkan Air Asia juga terbang ke Terengganu. Tentu
saja, biayanya mencapai jutaan atau ratusan ringgit. Namun money never lie, waktu
tempuh juga lebih singkat.
Jika
berminat ke Terangganu dengan menggunakan bus, bisa langsung dimulai dari
Terminal Bersepadu Selatan (TBS), Kuala Lumpur. Dari bandara langsung beli
tiket bus ke TBS. Tiket bisa di beli di bandara dekat pintu keluar.
Penerbangan
kami dari Aceh menggunakan maskapai Superjet Air yang mendarat di KLIA 1. Jadi,
kami menumpang bus ke TBS dari KLIA 1 seharga 13 Ringgit Malaysia. Perjalanan
lumayan berjarak. Usahakan mengisi perut jika gampang mual naik kendaraan umum.
Meski nyaman, tapi nggak termasuk terlalu nyaman buat saya.
Tiba
di TBS, akan ada konter tiket untuk membeli tiket ke Terengganu. Pilihan busnya
banyak, tergantung waktu yang dipilih. Harga tiket bus bertingkat seharga 44
Ringgit Malaysia. Kami memilih bus tercepat, tapi cuma dapat bus pukul 21.30
waktu Kuala Lumpur. Jadi, keberangkatan kami lumayan malam dan tiba di Gong
Badak tepat di waktu Subuh.
Perjalanan
naik bus ke Terengganu dari Kuala Lumpur lumayan menyenangkan di awal. Kerlip
lampu dan cahaya kota Kuala Lumpur yang megah menjadi pemandangan yang
menyenangkan mata. Apalagi saya penggemar citylight, pemandangan seperti
ini tentu saja sangat membuat suasana hati membaik.
Bus
sangat dingin. Blazer saya tidak cukup tebal untuk menghalau dinginnya
pendingin. Kami duduk di lantai dua bus. Ada dua deret di dalam bus. Bangku single
dan bangku berdua. Saya dan teman saya berbagi kursi di bangku berdua.
Oh,
ya. Jangan khawatir jika kehabisan baterai. Di dalam bus tersedia charging dengan
kabel data yang lumayan cepat mengisi daya. Perjalanan delapan jam sudah
jaminan baterai ponsel terisi dengan sempurna. Tidak perlu rebutan dengan teman
sebelah, karena untuk seat dua orang juga sudah tersedia dua slot kabel
data. Ponsel juga bisa disimpan di keranjang bagian depan kursi. Jadi, nggak
perlu khawatir kececeran.
Do and Don’t
Lain
padang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Pepatah lama ini sepertinya
harus menjadi pegangan ketika kita memutuskan untuk melakukan perjalanan kemana
saja. Pengalaman backpacker ke Malaysia tahun ini, pepatah ini seperti
belati yang menusuk hati. Selama melakukan perjalanan, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan. Ada aturan do and don’t yang tidak tertulis tapi
sudah biasa dilakukan oleh masyarakat setempat.
(1). Jangan Berlama-lama di TBS
Buat
yang butuh istirahat lebih lama, TBS nggak melulu tempat yang tepat untuk
istirahat. Jangan berlama-lama di TBS, lebih baik cepat beli tiket bus dan bersantai
di dalam bus. Semakin cepat sampai ke Terengganu semakin nyaman istirahatnya.
Bagaimanapun menghabiskan waktu di kamar tidur yang layak memang lebih
dibutuhkan oleh tubuh.
![]() |
Restoran Nasi Kandar di TBS Kuala Lumpur [Photo: Ulfa Khairina] |
TBS
memang terminal yang menjanjikan banget untuk pelancong. Luas dan adem. Rasanya
seperti masuk mall. Mau makan yang murah ada, mahal pun ada. Bahkan kalau mau
makan keroyokan dengan tim juga ada. Masalahnya adalah jarak antara Kuala
Lumpur ke Terengganu itu sangat jauh.
(2). Ticket First, Rest Later
Kalau
memang sudah menargetkan ketibaan di Terengganu pada waktu tertentu, tidak
masalah mengambil istirahat di TBS. Banyak sekali pelancong yang mengganti
fashion di mushalla TBS. Mereka juga mandi di sana. Banyak, kok. Nggak masalah.
Untuk
menghindari hal-hal yang di luar prediksi, akan lebih aman jika membeli tiket
dulu baru beristirahat kemudian. Ticket first, rest later. Lebih aman
dan tenang jika mau menjelajah TBS.
(3). Ingat! Self Service
Malaysia
termasuk negara yang mandiri. Nggak ada princess treatment ala-ala di
sini. Ingat! self service dalam segala hal. Termasuk angkat koper ke
dalam bis dan menurunkan koper dari dalam bagasi bis. Bahkan mengisi bensin di
SPBU saja sudah self service. Jangan mengharap lebih jika tidak mau
kecewa atau sakit hati dengan perlakuan orang lokal terhadap kita sebagai
pendatang.
(4). Sediakan Bontot
Untuk
melewati perjalanan yang panjang, jangan lupa bawa bontot. Akan lebih baik
kalau membawa lunch box dan mengemas makanan dalam lunch box agar
lebih teratur. Semisal membeli nasi kandar di TBS dan nggak habis, untuk packing-nya
kita dikenakan biaya 0,40 Ringgit Malaysia, lho. Mungkin nilai ini nggak
seberapa, tapi jika keterusan lumayan bengkak untuk kondisi rupiah yang lagi
nggak baik-baik saja.
(5). Money Changer Sebelum Pukul Enam Sore
Kamu
tim mana? Ngambil duit via ATM atau tukar uang di money changer? Kalau
kamu tim yang pertama, pastikan kalau mengambil uang dalam jumlah besar agar
pemotongan administrasinya hanya sekali saja. Untuk pemotongan dengan penarikan
kartu Visa dikenakan biaya administrasi sebesar Rp 25 ribu per Mei tahun 2025.
Sementara kalau lebih suka menukar uang di money changer, kurs bisa
berubah dan terkadang lebih mahal.
Kata
orang, penukaran di money changer TBS lebih menguntungkan dibandingkan
dengan bank di kawasan bandara. Nah, kalau sepakat dengan ini. Pastikan sebelum
pukul enam sore sudah mengantri di money changer. Orang Melayu tidak ada
kompromi soal keterlambatan walau semenit. Mereka juga nggak peduli apakah kita
dalam kondisi kepepet atau tidak. Keputusannya ada di tangan kita sebagai
pemilik uang, ya.
(6). Sediakan Jaket Tebal
Saat
menumpang bus selama delapan jam ke Terengganu, pastikan kalau kita membawa
jaket. Suhu di dalam bus super dingin. Apalagi kalau dalam kondisi tidak fit,
bisa tambah parah. Pakai selamat tipis atau jaket tebal selama perjalanan. Bus
tidak menyediakan selimut untuk penumpang. Segalanya memang harus dipersiapkan
sendiri, lho.
(7). On Time!
Tentu
saja ada satu budaya dari Indonesia yang nggak boleh dibawa ke Malaysia.
Tradisi ngaret. Bus tidak akan menunggu walaupun telat sedetik. Jadi, kalau di
tiket tertulis bus akan berangkat pada pukul 21.30, maka bus akan mulai jalan
pada waktu tersebut. Sebagai penumpang, kita harus datang lebih awal setengah
jam di ruang tunggu. Bus nggak akan menunggu, karena transportasi di sana so
far sangat on time.
Tepat waktu adalah kunci
[Photo: Pexels/Catscoming]
Pengalaman Naik Bus ke Terengganu
Saat
perjalanan ke Terangganu, kami punya pengalaman yang kurang menyenangkan.
Setelah turun pesawat, kami bergegas ke imigrasi lalu mencari bus ke TBS. Masa
tunggu bus lumayan lama. Saat bus datang, kami segera mendorong troli ke luar
dan memasukkan koper-koper kecil ke dalam bus.
Supir
bus mengambil satu persatu koper dan menatanya. Tentu saja kami tidak berani
ikut membantu mengingat penataan yang efisien hanya si supir yang tahu. Kami
datang berombongan dan jumlah koper sesuai dengan jumlah orang. Pada koper ke
tujuh, si supir marah dan melempar koper dengan sembarangan.
Kami
kaget dan menatapnya dalam tatapan protes. Sopir bus berkata, “bukan tugas kami
memasukkan koper ke dalam bas!”
Waduh,
kami lupa kalau self service juga harus memasukkan koper ke dalam bus.
Saya yang bertubuh pendek ini sangat kesulitan untuk memasukkan dan
mengeluarkan koper ke dalam bagasi bus. Saat keluar, saya terpaksa masuk ke
dalam bagasi untuk mencari koper sendiri dan mengeluarkannya sendiri.
Ketika
perjalanan ke Terengganu, kami turun di halte Rumah Sakit Sultan Zainal Abidin.
Rumah sakit milik kampus Universiti Sultas Zainal Abidin, Terengganu. Di sini
kami menunggu di halte lumayan lama. Ternyata kesalahannya kami tidak
mengatakan pada supir bus akan turun di halte Masjid UNISZA.
Jarak
antara halte rumah sakit ke masjid lumayan untuk olahraga pagi. Subuh itu di
tengah gema lantunan ayat suci Alqur’an kami berjalan kaki sambil menyeret
koper ke masjid sejauh 600 meter. Perjalanan tidak terlalu menyedihkan karena
dilakukan bersama-sama.
Kesan
pertama begitu tiba di Masjid UNISZA adalah keramahtamahan masyarakatnya yang terbuka
pada orang asing. Baru satu jam di sana, kami sudah disapa dan ditawarkan
tumpangan. Bahkan ada yang mentraktir sarapan di tempat sarapan yang cukup
terkenal di kawasan Gong Badak.
Kalau dipikir-pikir, pengalaman backpacker ke Malaysia saya nggak terlalu buruk. Bahkan ketika sampai di Terengganu yang dialek bahasa Melayu lebih kental pun tidak membuat saya tersiksa. Sayangnya, akses transportasi umum untuk area seluas Terengganu memang nggak begitu mudah. Kebanyakan dari masyarakat memiliki mobil sendiri.
Sebagai pendatang, pastikan sudah menginstal Maxim atau Grab di ponsel. Jangan mengandalkan wifi gratis. Lebih baik membeli paket roaming untuk kemudahan perjalanan. Jangan kaget setelah memesan maxim driver-nya akan minta fee tambahan sebesar dua ringgit lagi saat pembayaran. Biaya tambahan ini di luar harga yang tertulis di aplikasi. Ini terjadi tidak hanya di Terengganu, tapi juga di Kuala Lumpur.
2 Komentar
waah sangat bermanfaat, terimakasih atas tipsnya ya :D
BalasHapusSama-sama, Kak. Terima kasih sudah berkunjung
Hapus