BTS Perhiasan Dunia (1): Naskah Balas Dendam dan Obrolan Komunitas

 Saya baru menyelesaikan mengulas buku romance yang saya baca di sebuah WAG. Di kelas romance yang merupakan program WAG utama Gerakan OWOB ini saya membahas romance berjudul Beautiful Mistake. Novel ini merupakan karya duet Sefryana Khairil dan Prisca Primasari.

Usai membahas buku kami bercerita banyak hal lain. Terutama soal sebuah aplikasi yang baru eksis dan membuka pencarian naskah. Selain saya, ada penulis lain di grup itu. Dia mengaku ditolak berkali-kali oleh penerbit digital berlogo gurita hijau. Jadi, dia memutuskan untuk menerbitkan indie saja bukunya.


[Photo: Pexels]

Saya mengalami nasib yang sama. Dua naskah romance ditolak dengan catatan editor berpotensi plot hole besar dan ide terlalu mainstream. Kami menanggapi dengan pernyataan yang sama, "yang namanya romance bukannya ide mainstream, ya. Ketemuan, interaksi, jatuh cinta, berusaha mendapatkan, happy ending."

Itu kata rekan saya di WAG yang sudah menerbitkan dua buku secara indie. Saya tidak kepikiran sampai ke tahap ini, tapi yang dia katakan ada benarnya. Belakangan saya baru menemukan curhat seorang penulis di balik penyelesaian naskah romance-nya, novel itu sudah difilmkan.

Menurut si penulis ini, selama dia berada di kelas coaching clinic penulisan naskah romance, dia mengatakan kalau novel romance endingnya memang harus happy ending. Nilai plusnya adalah cara dia menuju happy ending itu. Inilah garis besar novel romance.

Dalam obrolan di WAG itu, kami sempat membahas peluang paling besar yang sedang dibutuhkan oleh pembaca dan redaksi. Kami sepakat mengatakan novel Islami dan horor. Saya sepakat.

Usai mengobrol di WAG, saya masih tidak puas dengan pemilihan naskah di platform Cabaca. Malam itu juga saya menyelesaikan tiga bab pertama dan sinopsis. Malam itu juga saya mengirimkan ke redaksi melalui tautan di aplikasi.

Tujuan saya bukan diterima pada awalnya. Saya ingin balas dendam dengan mengajukan naskah berbagai genre. Kalau orang-orang bilang penolakannya pakai template, saya justru ingin membuktikan kalau platform ini berbeda.


[Photo: Dokumentasi Pribadi]

Saya menunggu, tapi tidak ada balasan berbulan-bulan. Apakah naskah terlalu banyak yang masuk atau saya redaksi muak melihat bom proposal naskah yang saya ajukan.

Saya akhirnya lupa pernah mengajukan naskah. Saya juga tidak mengecek email yang saya daftarkan lagi. Sudahlah, memang saya tidak berjodoh di aplikasi ini.

Suatu hari saya membuka kembali aplikasi ini dan menemukan ada banyak novel baru yang menarik. Saya membaca satu dua pada tiga bab pertama. Lalu tidak melanjutkan lagi. Kesimpulan saya platform ini sudah tidak main-main dalam mendekati penulis. Ada Honey Dee dan Ria N. Badaria di sana.

Platform ini semakin bernyali menantang pasar. Sesuatu yang tidak pernah saya percayai melintas di kepala. Saya akan bom naskah lagi, siapa tahu bisa berkarya di sini.

Siapa sangka, niat itu diaminkan oleh malaikat. Pada bulan Maret 2020, saya dihubungi oleh Cabaca dan naskah balas dendam itu lolos di meja editor.

Sejujurnya saya sudah lupa soal naskah itu. Bahkan laptop saya tinggal di kota Meulaboh saat pandemi. Sementara saya berada di Kota Banda Aceh terjebak lockdown. Saya meminta editor mengirimkan tiga bab naskah dan sinopsis yang saya ajukan. Editor saya mengirimkan dan saya diberi izin untuk menyelesaikan naskah sekaligus tayang tiap hari Rabu.

Jangan tanya bagaimana senangnya saya saat melihat nama masuk ke angkatan 21. Rasanya nano nano sekali.

Ternyata balas dendam itu tidak selalu negatif, ya?

Posting Komentar

0 Komentar