Pengantar Mulus Alirkan Jati Dirimu (Natalie Goldberg)

 Saya mendapatkan buku ini sebagai training kit pada tahun 2016. Ya, saya mengikuti pelatihan menulis bernama Seuramo Teumuleh, sebuah program kerjasama antara Kata Hati Institute dan lembaga donor NGO saat itu. Maklum, tahun 2006 masih masa rehab rekon pasca tsunami di Aceh. Banyak pelatihan gratis berstandar VIP digelar untuk anak muda Aceh. Saya termasuk orang yang memanfaatkan momen ini untuk menimba ilmu sebanyak mungkin.

Buku ini salah satu buku yang diberikan saat pertama masuk kelas. Ada tumbler mungil tupperware juga. Selain tumbler, asupan gizi juga sangat memadai. Nasi bungkus, snack, teh hangat, dan lain-lain. Saking pedulinya pada asupan gizi, seringnya kami lupa asupan otak. Buku ini lantas tidak terbaca. Apalagi pojok baca di rumah yang menjadi tempat kami pelatihan menyediakan buku yang sangat banyak dan beragam.


[Photo: Pexels]

Alirkan Jati Dirimu melakukan perjalanan yang sangat dahsyat. Pindah dari satu kos ke kos lainnya. Pindah dari satu kota ke kota lainnya, karena ia mengikuti tuannya untuk berpindah dalam proses bertumbuh.

Ia juga pernah terendam banjir bandang sebelum pindah ke Meulaboh, domisili saya sekarang. Nah, di kota inilah buku ini mendapat kesempatan untuk saya baca. Ternyata sangat menarik dan tidak membosankan. Isinya berupa artikel pendek tentang proses kreatif menulis. Tepatnya amunisi untuk melawan rasa malas memulai untuk menulis.

Pendahuluan Tentang Para Penulis

Kita kerap berpikir kalau menulis itu mudah bagi sebagian orang dan sulit untuk sebagian orang. Menurut pengantar di bab ini, Natalie Goldberg menyatakan semua perasaan memulai itu sama untuk semua penulis. Tidak ada yang namanya penulis pemula atau penulis paten. Semua akan menjadi pemula ketika mereka memulai tulisan mereka.

Kegelisahan yang dihadapi oleh semua penulis saat pertama kali menulis itu sama. Sama-sama bingung untuk memulai tulisannya. Padahal intinya kita hanya perlu memulai menulis dengan proses mencintai.

Sebagai buku tentang penulisan, Natalie Goldberg ingin menegaskan kalau menulis adalah sebuah latihan, sebagai cara untuk membantu menyelami kehidupan dan menjadi seimbang.

Kalau ada kalimat tentang cinta yang berbunyi, "percayalah pada cinta  dan ia akan membawamu ke mana kamu ingin pergi," dan Natalie Goldberg punya tambahan untuk kalimat ini.

Natalie Goldberg menambahkan, "percayalah pada apa yang kau cintai, teruslah lakukan itu, dan ia akan membawamu ke mana kamu ingin pergi."

Jika kalimat ini saya baca pada tahun 2006 saat mengikuti pelatihan, masih berstatus mahasiswa baru, dan belum punya banyak pengalaman menulis. Pemahaman saya tentang cinta pasti sangat sempit. Kini saya mengerti satu hal, dalam melakukan sesuatu yang kita sukai pasti dilandaskan dengan kesenangan. Ia bertumbuh menjadi cinta. Pada akhirnya semua hal yang kita lakukan dengan melibatkan cinta akan berbuah manis.

Sebut saja dalam hal menulis. Saya punya ruang lingkup tersendiri dalam menulis. Tidak semua hal yang kuasai dalam menguraikan dalam bentuk tulisan. Tidak juga saya malas untuk mempelajarinya. Karena dasarnya saya suka menulis dan mempelajari sesuatu, akhirnya saya akan memulai untuk mencoba menuliskannya. Hasilnya juga menakjubkan diri saya sendiri. Siapa yang menyangka saya bisa menulis dengan sudut pandang politik, sesuatu yang saya tidak kuasai dan sukai. Rasa cinta pada dunia tulis menulis dan keinginan belajar adalah salah satu pendorong tulisan itu terlahir.

Semakin bertambah umur, semakin meningkat pula keinginan untuk belajar, tapi terbentur waktu. Akhirnya saya memang harus berkorban. Secara kebetulan juga, Natalie Goldberg memberikan saran seperti yang kerap saya lakukan. Dia mengatakan, "keluarlah dari rumah, jauh dari piring-piring kotor. Pergilah menulis di sebuah kafe."


[Photo: Pexels]

Wow! Cara ini bisa dikatakan ampuh. Selama ini itu yang saya lakukan. Menulis membutuhkan fokus dan secangkir coklat panas atau kopi.

Di bagian lain buku ini juga disebut, tidak ada yang salah dengan memulai menulis. Seorang penulis hebat pun akan mengalami detik-detik sebagai pikiran pemula ketika berada di hadapan pena dan kertas atau laptopnya.

Kata Natalie Goldberg di halamab 29, "setiap kali kita duduk untuk menulis kita harus harus kembali ke pikiran pemula itu. Tidak ada rasa aman, tidak ada jaminan bahwa karena kita telah menuliskan sesuatu yang bagus dua bulan yang lalu, kita akan bisa melakukannya lagi."

Kata anak sekarang, itu namanya insekyur. Nah, rasa insekyur ini dialami oleh semua orang. Tidak bagi penulis pemula, tidak pula pada penulis yang sudah mahir. Semua sama. Mereka semua memiliko rasa insekyur saat memulai tulisannya. Jadi, apa yang kita khawatirkan dari memulai menulis, ya?

Posting Komentar

0 Komentar