Recommended! Menu Makan Siang Bersama Deburan Ombak

 Dua hari sebelumnya, saya mendapat pesan dari seorang teman, adik kelas, sekaligus rekan kerja. Dia mengingatkan bahwa agenda rapat akan dilaksanakan di sebuah cafe tepi pantai. Pikiran saya langsung menjelajah ke sebuah tempat yang pernah kami singgahi saat arisan dengan dress code cewek mamba. Yach, tempatnya memang klasik, makananny juga not bad to very good.

Di hari H, ternyata saya harus ke kampus untuk menyelesaikan administrasi penelitian. Tanda tangan ini itu dan mengumpulkan ini itu. Usai kerjaan administrasi itu, saya langsung keluar kampus dan bertemu dengan rekan lain yang bersiap akan ke lokasi.

[Photo: Pexels]


Kami berangkat bareng mengendarai sepeda motor. Beriringan sampai ke lokasi. Ternyata dugaan saya salah. Tempat yang dimaksud bukanlah cafe yang pernah saya datangi dan makan bersama di sana. Cafe ini letaknya agak menjorok ke area pantai yang lebih sepi. Tempat biasa kelompok remaja dan anak muda rekreasi sambil bakar ayam ikan.

Namanya Seulawah.Co, terkesan sangat digital dan kekinian. Lokasinya di Batee Puteh, salah satu spot wisata di Aceh Barat. Dari luar, bangunan ini lebih mirip dengan gudang penyimpanan di era Belanda daripada sebuah cafe. Begitu masuk, taraaa... instagenic banget.

Cafe ini terkesan modern. Dekat dengan pantai, bahkan dari pintu masuk kita bisa melihat gulungan ombak yang tinggi dengan irama laut yang syahdu. Kursinya juga kursi cafe kekinian, tidak ada kesan diklasik-klasikkan. Konsepnya memang dibuat moderen dengan panorama pantai.

Area barista di Seulawah.Co
[Photo: Ulfa Khairina]

“Sotonya enak,” rekomendasi rekan saya. Bahkan beliau mengatakan umumnya makanan di cafe ini memang enak-enak. Semangat megunyah saya langsung bergejolak. Rasanya saya ingin pesan semua. Untung bukan saya yang pegang daftar menu.

Akhirnya saya memesan soto daging, sama seperti rekan yang merekomendasikan soto sebagai pilihan. Minumannya saya pilih red velvet dan matcha. Saya pikir, untuk perkenalan di cafe ini cukuplah menu seperti ini dulu.

Soto Daging

Berbeda dengan penampakan soto kebanyakan, soto di cafe ini tidak bikin neg. Santannya minim, bahkan tidak ada santan. Dagingnya empuk sekali, tapi masih terasa daging. Bukan jenis daging yang direbus lama dan diasingkan, lalu ketika dibutuhkan tinggal dicampurkan dengan kuah.

Bumbu yang meresap ke dalam potongan daging bisa menjadi bukti bahwa daging dan kuah soto yang kekuningan agak sedikitttt hijau ini memang dimasak bersama. Rasanya gurih, bumbunya pas di lidah saya yang sedikit pemilih soal makanan.

Jangan berharap lebih soal estetika dekor makanan. Dibandingkan dengan cafe lain, bagi saya cafe ini nilainya masih enam saja soal platting. Pilihan warna piringnya hijau daun, ukurannya terlalu lebar, dan isi piringnya hanya nasi putih yang dicetak mangkuk. Nasi diletakkan di tengah, kemudian ada wadah kecil berisi cabe rawit hijau mentah. Wadah dan cabenya sama-sama hijau. Karena sambalnya sedikut pucat, maka terlihatlah dia sebagai sambal. Lalu sepasang sendok dan garpu di posisi yang berseberangan dipisahkan oleh nasi. Di atas puncak nasi ditaburi bawang goreng tepung. Itu saja.

Jelas kalau di galeri Master Chef yang seperti ini akan mengundang piring terbang oleh Chef Juna. Eh! Bukan itu poitnnya. Sekilas, tampilan makanan memang kurang menarik. Akan tetapi, seperti kata teman saya sotonya enak. Benar saja, sotonya memang enak. Berasa nikmatnya. Makan siang saya jadi benar-benar kenyang.

Red Velvet

Ini mungkin sejenis frappe atau jus. Dibilang frappe, tapi tidak ada float-nya. Dibilang jus, tapi terlalu lemak. Warnanya bukan merah cerah, lebih cenderung agak cokelat. Dikemas dalam gelas plastik sekali pakai yang biasanya digunakan untuk orang-orang yang beli minuman untuk dibawa pulang.

Dibandingkan red velvet kebanyakan yang dijual, di sini salah satu yang cukup direkomendasikan. Rasanya manis, tapi tidak begitu manis. Tidak sampai neg. Kalau bukan penyuka manis juga tidak sampai menyerah untuk mencicipi. Manisnya pas, warnanya tidak mencolok.

Matcha

Sebagai penggemar matcha, jus matcha ini memang layak dicoba. Apalagi jus matcha versi dingin. Hmmm, segar. Apalagi di tengah terik panas kota Meulaboh yang akhir-akhir ini semakin memancing emosi. Si matcha bisa banget untuk mendinginkan hati yang memanas. Sama seperti red verlvet, si matcha juga pas manisnya. Warnanya juga tidak mencolok. Kemasannya juga sama.

Tiga menu ini saja berhasil membuat saya memutuskan untuk kembali ke tempat ini dan mencoba menu lainnya. Apa hal lain yang menarik? Pesona paroma pantainya yang membuat mata adem.

Hamparan laut biru dengan ombak yang besar memberikan sensasi nongkrong bukan sekedar nongkrong. Makan siang bukan sekedar santap makanan. Kita diajak menikmati deburan ombak sambil mengunyah, merileksasikan pikiran sekaligus. Terutama kalau siang hari, tidak banyak pengunjung yang cekakak cekikik mengganggu ketenangan berpikir. Suasana makan siang benar-benar terasa di rumah dengan latar yang berbeda.

Cafe ini seperti yang sudah bisa ditebak, akan ramai pada saat sore hingga malam hari. Terutama saat matahari tenggelam. Anak-anak muda pemuja sunset tentu akan memilih lokasi ini untuk mengabadikan sunset dan menikmati secangkir kopi.

Hari kami menikmati makan siang di sini, ombak sedang tinggi-tingginya. deburnya bersahut-sahutan menghempas pantai. Saya dapat merasakan tempias air ombak yang menyentuh lembut ke kulit. Padahal jarak antara lokasi kami duduk dengan bibir pantai tidak begitu dekat. Mungkin sekitar dua puluh meteran atau lebih. Akan tetapi, tempiasnya bisa kami rasakan dengan jelas dan mengademkan.

Apa lagi yang menarik di sini? Selain soto, banyak pilihan makanan lain yang disajikan. Katanya, cafe ini adalah cabang dari warung kopi Seulawah yang berlokasi di Jl. Manek Roo. Dulu lantai tiga memang dibuat rooftop yang didekor semi cafe instagenic meski masih terkesan sangat warkop.

Seulawah,Co yang berlokasi di Batee Putih ini justru perpanjangan dari warkop tersebut. konsep dan hidangannya memang recommended untuk pekerja yang berkantor di cafe atau warung kopi. Tempatnya tenang dan bisa sekalian makan siang. Tidak perlu khawatir juga dengan kelewatan waktu shalat. Ada mushalla dengan atribut untuk ibadah tersedia di sana.

Hmm, makan lancar, ibadah pun tenang, ya.

Posting Komentar

0 Komentar