Saya menyelesaikan novel Aroma Karsa karya Dee Lestari untuk yang kedua kali pada tanggal 26 Juni 2022. Kali ini bacanya lebih slow, tidak diburu setoran mingguan atau review dari penulis dan penerbit. Yach, karena memang Aroma Karsa karena kehendak dan keinginan sendiri. Bahkan yang kedua kali juga demikian.
Pada
edisi re-read ini saya menemukan
banyak celah. Celah yang biasanya terjadi untuk penulis belum selevel Dee
Lestari. Namun karena yang menulis Dee Lestari, apa yang saya sebut ‘celah’ ini
justru kelebihan. Tidak ada yang negatif dalam karya sastra. Pandangan negatif
justru muncul dan terlahir dari sudut pandang pembaca yang terlalu berspektasi
berdasarkan imajinasinya. Termasuk saya.
Aroma Karsa
berkisah tentang seorang pemuda berusia 26 tahunan bernama Jati Wesi. Dia besar
di TPA Bantar Gebang dan mempelajari semua jenis aroma dari sini. Baginya TPA
Bantar Gebang adalah olfaktorium pertama yang memberikan akses mewah. Sampai dia
bertemu dengan Khalil Batarvi yang mendidiknya bagai anak sendiri, termasuk
memperkenalkan pada dunia fragrant.
Dari
Toko Attarwala pula Jati Wesi masuk ke dunia yang tidak pernah dia mimpikan
sebelumnya. Bekerja seumur hidup untuk Raras Prayagung, perempuan ambisius
pemilik Kemara. Dari sana dia kenal Tanaya Suma yang bersikap sangat frontal
sejak pertemuan pertama. Namun siapa sangka jika pertemuannya dengan Tanaya
Suma justru membuka pintu kehidupan lain untuk Jati.
Ilustrasi dan Data buku Aroma Karsa. [Photo: Ulfa Khairina; Desained by Canva] |
Jati menciptakan parfum pelengkap seri Puspa Ananta yang diracik dengan aroma tubuh Suma. Parfum yang sempat dia duplikasi dan melemparnya menjadi tawanan di Kemara. Dari sana pula dia mengenal cinta pada lawan jenis, yaitu Suma. Karena ambisi Suma mencari Puspa Karsa juga dia akhirnya kembali ke Dwarapala, sebuah desa tersembunyi di Gunung Lawu. Keberadaan desa itu bukan saja misterius, tapi hanya orang-orang pilihan yang dapat memasukinya. Termasuk Jati dan Suma.
Sedikitpun
Jati tidak mengira kalau dia seorang banaspati (penjaga hutan dan anak hutan) yang
dikorbankan untuk menjaga Suma ketika berada di dunia manusia. Nyatanya Jati
malah jatuh cinta pada titisan Batari Karsa yang harus dilindunginya. Menurut kepercayaan,
ini akan sulit. Karena ada masanya Jati harus melakukan ritual yang membuat Suma
mati di kemudian hari.
Bagian
ini sedikit agak membuat ngilu, apalagi ketika flashback ke 26 tahun lalu saat Anung dan Ambrik yang membawa dua
bayi dan harus melakukan ritual. Membayangkannya saja bikin ngilu sampai ke
dalam tulang. Anung yang dikira oleh Jati Wesi sebagai ayah kandungnya selama
26 tahun ternyata ayah Suma. Karena mereka hanya memiliki anak perempuan yang
bernama Malini. Raras Prayagung mengganti nama Malini menjadi Tanaya Suma.
Anggrek [Photo: Pexels] |
Sedangkan
semua kekacauan terkait hidup Jati dan tahanan bernama Anung yang dituduh
membunuh istrinya sendiri adalah rekayasa yang diciptakan oleh Raras Prayagung
demi menutup semua masalah dan menyelesaikan misinya. Pada akhirnya di bab-bab
yang terasa terloncat plot-nya kejutan baru terbaca. Khalil yang tidak sebaik
di awal. Nurdin yang ternyata seorang pedagang manusia. Arya yang mendadak
hilang. Serta teka-teki yang masih samar diungkapkan.
Saya
merasa bagian inilah celah dari Aroma Karsa. Kenapa beberapa tokoh yang muncul
di awal sebagai pendukung yang cukup bagus dalam melengkapi cerita seperti
menghilang. Bagi pembaca yang menikmati kisah terfokus pada Suma dan Jati,
tentu saja tidak masalah kehilangan mereka. Sama seperti ketika pertama kali
saya membaca Aroma Karsa.
Berbeda
halnya ketika saya membaca Aroma Karsa kali kedua ini. Saya seperti menyusun
kepingan cerita membentuk puzzle yang utuh. Saat tidak menemukan mereka,
seperti ada warna yang hilang dari keutuhan cerita.
Overall kisah
Aroma Karsa ini benar-benar bagus.
Saya memberi rate 4,8 untuk buku ini.
Bagian nyeseknya adalah saat Jati dan Suma kembali Dwarapala dan menghadapi
kenyataan yang mengejutkan. Raras Prayagung yang dianggap oleh Suma sebagai ibu
yang luar biasa baik meski ambisius ternyata penyebab kekacauan keluarganya. Bahkan
menjadikannya sebagai pancingan menemukan Puspa Karsa. Sedangkan Jati yang
sangat mencintai Khalil Batarvi sebagai ayahnya ternyata menyembunyikan fakta
luar biasa menyakitkan.
Sebagai
pembaca yang tidak baik-baik amat, ini adalah buku Dee Lestari yang memberi
kepuasan untuk saya dalam hal petualangan, misteri, dan fantasi. Saya pun
seperti bisa membaui Puspa Karsa dari deskripsi si penulis. Mungkin sensasinya
sama seperti ketika menonton film berjudul Parfume:
The Story of Murderers yang diadaptasi dari novel berjudul Perfume karya Patrick Suskind.
2 Komentar
Aroma Karsa menurutku adalah salah satu buku yang "live up to it's name" banget sih. Awalnya pas mau mulai baca sih ragu2 bgt tapi setelah baca malah gak bisa berhenti. Bagus dan cerdas sih, kisahnya emang kompleks banget tapi keren karena semuanya dijelasin dengan sejelas-jelasnya. Aku baru pertama emang baca ini jadi fokusku emang ke Jati dan Suma aja, karena bukunya yang panjang banget cukup sulit untuk fokus ke banyak tokoh lainnya
BalasHapusWah, sama, Mbak. Aku juga awalnya ragu. Tebal dan masih terpengaruh dengan Supernova yang menurutku berat banget. Ya, wajar, sih. Kan genrenya scinfic, ya.
Hapus