Terjebak Dengan Mahasiswa di Warkop

Belakangan saya lebih memilih warung kopi sebagai tempat kerja. Bukan belakangan saja, sebenarnya ini sudah berlangsung sejak tahun 2014 silam. Sejak pindah ke kota sufi dengan bayi yang masih butuh perhatian, duduk di warung kopi bukan saja sulit, tetapi memang bukan budaya di kota ini. Perempuan di kota ini tidak lumrah duduk di warung kopi.

Biasanya saya akan bekerja ketika Alexa tidur. Semakin bertambah usia Alexa, jam tidur dia juga semakin berkurang. Maka bekerja di rumah juga bukan solusi yang baik lagi. Waktu Alexa tidur memang saya gunakan maksimal untuk mengurus rumah. Tidak untuk bekerja.

Sebulan ini, Alexa sudah ditemani oleh sepupu saya. Mereka menjadi teman bermain dan sahabat baik. Alexa senang mendapatkan teman. Namun tetap saja saya adalah seseorang yang palig ditunggu Alexa untuk bermain dan menjadi sahabat the bestnya. Kapan saya bekerja jika bukan saat saya keluar rumah?


Warkop sudah beralih menjadi perpustakaan dan ruang kerja.
[Photo: Helena Lopes | Pexels]

Kerja yang saya maksud bukanlah kerja di kantoran seperti yang kebanyakan dipikir orang. Saya menghabiskan waktu untuk menulis buku, mengerjakan jurnal, dan kegiatan sejenis yang umum dilakukan oleh dosen. Dulu saya selalu menghabiskan waktu di perpustakaan dan mengandalkan hotspot pribadi. Sejak sinyal di perpustakaan lelet, saya tidak lagi bisa bekerja di kampus dengan tenang. Mencari warung kopi dengan fasilitas wifi adalah solusi.

Tenang?

Tidak juga.

Warung kopi selalu penuh dengan asap rokok. Belum lagi jika terjebak di dekat para mahasiswa. Mereka terkadang tidak memahami apa yang disebut dengan privasi. Melakukan apa saja sesuaka hati tanpa peduli ruang publik. Saya pernah di posisi ini?

Hal yang Bisa Dilakukan

Pertama, jika Anda punya nyali atau kebetulan mereka adalah mahasiswa kita. Tegur, ingatkan kalau mereka sedang berada di ruang publik. Meskipun berada di warung kopi, ingatkan pada mereka setiap pengunjung membutuhkan privasi. Sama-sama menjaga adalah solusi yang baik. Mulaikan dari diri sendiri untuk mendapatkan perlakuan yang sama dari pengunjung lain.

Kedua, no smoking! Jika ada mahasiswa yang merokok di dekat Anda, kemudian dia menebarkan asap kemana-mana, katakan jika dia sedang mencoba membunuh orang lain. Tentu saja dengan cara yang baik atau bercanda. Agar mahasiswa tersebut tahu, selain merugikan kesehatan, asapnya sangat mengganggu orang lain. Bukan hanya Anda, tapi seisi warkop. Meskipun sebagian besar pengunjung warkop perokok.

Ketiga, Pindah meja. Ini strategi yang paling aman tanpa menyinggung orang lain. Pindah meja memang akan membutuhkan waktu dan tenaga. Apalagi jika laptop dalam keadaan diisi daya dan meja warkop penuh dengan dokumen tertentu. Pindah meja kerja memang solusi rempong, tapi damai.

Keempat, tinggalkan warkop. Cara super aman. Namun, tindakan ini tidak akan memberi kesadaran pada mereka. Di dalam pikiran mereka, kita meninggalkan warkop bukan karena terganggu, tapi karena memang sudah waktunya pulang.

Jadi, mencoba bijak saat terjebak di warung kopi dengan mahasiswa memang lumayan ribet. Pikirkan untuk bekerja di warkop bagi yang tidak biasa. Bagi sekelompok mahasiswa, duduk di warkop bukan saja sekedar nongkrong. Duduk di warkop juga untuk bekerja. Mengerjakan tugas kuliah dan lain-lain.

Posting Komentar

0 Komentar