Judul Buku: Second Chance • Penulis: Flara Deviana • Penerbit: Gramedia (Jakarta: 2020) • Tebal: 296 hal • ISBN: 978-602-06-3632-0 (PDF)
(^_^)
Saya sudah sering membaca nama penulis ini, Flara
Deviana. Bahkan saya mengikutinya di Instagram. Review dari bookstagram lain
pun kerap wara wiri di feed saya. Namun saya belum pernah membaca karyanya.
Second Chance berkisah tentang dua manusia dengan pemisah finansial. [Photo: Pexels] |
Saat kepala lagi mumet dan butuh asupan bacaan
romansa, adakalanya bacaan yang manis menjadi pilihan. Banyak yang
merekomendasikan Second Chance sebagai bacaan yang bikin diabetes. Iseng
saya mencari di iPusnas, dan taraaaa!! Ternyata ada.
Kisah Cinta Si Kaya dan Si Miskin
Seperti kebanyakan romance lainnya, Second Shance
juga mengangkat kisah cinta si kaya dan si miskin. Meski terdengar klise, mainstream,
tapi bukan hanya tayangan drama di televisi yang membuat kita betah
berlama-lama menikmatinya. Buku juga mengambil andil yang sama.
Second Chance juga sama. Berkisah tentang gadis bernama Flavia Chandra
Netta butuh yang membutuhkan uang dalam jumlah besar untuk membayar utang. Jumlahnya
tidak sedikit. Jumlahnya semakin sudah beranak cucu. Penghasilannya serabutan
sana sini habis untuk membayar utang. Meski sudah kerja keras, jumlah itu juga nggak
cukup buat membuat utangnya lunas. Makin lama justru makin banyak.
Sahabatnya menawarkan pekerjaan untuk menjadi baby
sitter dengan gaji yang tinggi. Flavia terus menolaknya. Sampai akhirnya
dia nggak punya pilihan selain menerima tawaran itu. Menjadi baby sitter sehari
untuk anak kembar Ray.
Kedekatan si kembar pada Flavia justru mendorong
keinginan Ray untuk memperkerjakan Flavia sebagai pengasuh tetap. Awalnya dia
menolak, tapi semakin lama dia semakin membutuhkan uang agar utangnya cepat
lunas. Solusi yang Flavia lakukan dengan bekerja menjadi baby sitter
untuk si kembar, Olin & Arka. Anak lelaki si dingin Ray yang sengaja
membangun dinding tinggi dengan si kembar tanpa penjelasan dan kompromi.
Menggantikan Peran Ibu Untuk Si Kembar
Flavia menggantikan peran ibu untuk si kembar
sampai suatu peristiwa menyadarkan posisi Flavia di rumah itu. Dia tetap saja
bukan ibu si kembar. Hubungannya dengan Ray juga tidak akan berakhir seperti
drama Korea. Mereka punya jarak yang amat jauh. Jurang pemisah yang begitu
lebar dan dalam. Flavia harus segera angkat kaki dari rumah Ray.
Alasan Raynaldi Adiyaksa memperkerjakan Flavia di
rumah sebenarnya bukan sekedar untuk menjaga si kembar. Dia punya rahasia besar
soal hati dan masa lalunya. Ini ada kaitannya dengan Flavia. Sayangnya, Ray
masih terjebak dengan masa lalu yang membuatnya seperti mempermaikan perasaan
Flavia. Padahal dia nggak sedang kondisi baik-baik saja, lho. Sampai ketika
hatinya hampir terbuka, trauma lama kembali terkuak dan membuatnya kehilangan
Flavia.
Nyaris kehilangan Flavia juga ada kaitannya
dengan abang Ray dan istrinya. Apa yang membuat dia terluka, sakit hati, dan
membuat jarak dengan keluarganya. Bahkan dengan anaknya sendiri.
Terbebas dari Bumbu Ranjang
Kata orang, kisah romance tanpa adegan ranjang
seperti hambar. Tidak ada rasa dan membosankan. Meskipun penulis lama jarang
menyisipkan adegan ranking dengan deskripsi yang berani dan terpampang jelas
seperti nonton bokep. Salah satu alasan saya nggak langsung baca karya Flara
Deviana juga karena alasan ini. Salah satu konten Flara Deviana di reels
Instagram menjelaskan posisi adegan ranjang itu dalam novel.
Benar juga kata orang, don’t judge book by its
cover. Jangan sembarangan nuduh dulu meski Flara Deviana pernah membuat
konten seperti itu. Tidak lantas semua karyanya juga memiliki adegan seperti
ini sebagai bumbu dalam novel romance, kan?
Novel ini terbebas dari bumbu ranjang yang
mendebarkan itu. Bagi Sebagian pembaca yang menginginkan adegan ini bertebaran
di setiap halaman, tentu akan kecewa mendapati kenyataan seperti ini. Bumbu ranjang,
ya. Bukan bumbu Rajang. Hehehe.
Pasangan Menggemaskan
Secara umum, ini kisah cinta yang manis dan
membuat susah tidur. Kisah ini bebas bumbu pemicu adrenalin justru bukan di adegan
ranjangnya. Karakter Ray dan Flavia yang membuat adrenalin pembaca nggak
karuan. Pasangan menggemaskan ini seperti anak kecil yang bertengkar
memperebutkan mainan.
Peran asuh ayah dalam keluarga sangat penting. [Photo: Pexels] |
Saking menggemaskannya, ending yang disajikan
justru seperti tidak cukup untuk memenuhi keinginan membaca kisah yang manis. Flara
Deviana menggambarkan sosok Ray yang dingin, tapi sebenarnya penuh cinta yang
terkurung di dalam hatinya. Dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya karena
pernah terluka dengan masa lalunya. Saking lukanya dia, hatinya sampai tak bisa
dibuka lagi. Begitu pintu hatinya mulai terbuka, dia malah berhadapan dengan
trauma yang berdampak kecurigaan.
Flavia lain lagi, dia punya luka cinta yang
disebabkan oleh role model dalam hidupnya. Dampaknya dia sulit membuka
diri untuk orang lain. Dia sulit melihat perasaan cinta dari orang lain, apalagi
membuka hati untuk orang lain. Berat banget.
Sentilan Parenting dan Psikologi Anak
Dalam banyak aspek, novel ini cukup recommended
untuk semua pembaca. Terutama bagi yang sudah menikah. Ada sentilan parenting
dan psikologi anak yang cukup kuat dibahas di dalamnya. Terutama soal hubungan
antara orang tua dan anak.
Sentilan parenting terlihat dari pola asuh
Ray kepada anak-anaknya. Berbeda sekali dengan pola asuh Flavia kepada si
kembar yang bukan anaknya. Meski posisi Ray di sini sebagai 'orang tua
istimewa' tapi cukup memberi gambaran bahwa mendapat 'titipan' dengan bumbu
dendam dan kebencian bukan ide yang bagus.
Sebuah Pelajaran berharga buat pembaca agar tidak
sembarangan mengasuh anak. Sikap dingin Ray pada si kembar membuat mereka
menjadi susah diatur. Apalagi keinginan si kembar untuk selalu berada bersama
dengan Ray juga menjadi isu parenting yang membutuhkan kehadiran sosok
Ayah.
Si kembar bukan saja fatherless, tapi mereka
juga korban dendam Ray pada istrinya. Sementara Ray tidak mau mengasuh si
kembar karena itu bukan anak kandungnya. Di sisi lain, sebenarnya dia juga
menyayangi mereka dengan perasaan tak karuan. Cinta tapi benci yang dampaknya
justru pada perkembangan emosi si kembar.
Gaya asuh yang digambarkan dalam Second Chance
bukan pada kaum muda seperti Ray
saja. Kesalahan orang tua dalam membesarkan dan memperlakukan anak juga menjadi
masalah dalam hubungan persaudaraan. Ayah Ray juga memiliki kesalahan pada
anak-anaknya. Demi menyelamatkan anak yang satu, dia mengorbankan anak yang
lain.
Ayah Ray menyelamatkan abang Ray yang membuat
kesalahan. Niatnya sih baik pada awalnya. Namun Ayah Ray tidak tahu kalau Ray
hancur lebur di dalam. Cara Ayah Ray membuat Keputusan pada kedua anak
lelakinya mengubah Ray menjadi sosok yang berbeda.
Sebagai pembaca yang sudah berubah status, saya
sangat diberi pengetahuan dalam menghadapi 'anak nakal' dari gaya asuh Flavia.
Sementara sisi manisnya terasa terlalu manis. Mungkin karena nggak jomlo lagi
kali, ya.
Tersedia di iPusnas
Bagi Sebagian pembaca, membaca buku cukup sekali.
Jika tidak ada potensi untuk membaca ulang, buku ini cukup dibaca di
perpustakaan atau meminjam. Well, tidak perlu khawatir. Second Chance
tersedia di iPusnas, kok. Stoknya banyak, nggak perlu antrian.
iPusnas sebagai pustaka digital yang memiliki ribuan koleksi buku. [Photo: Search by Google] |
Pengalaman saya membaca Second Chance di
iPusnas, tulisannya terlalu kecil. Jika membaca melalui ponsel agak kurang
nyaman, ya. Kecuali punya kindle atau tablet. Mungkin kondisinya lebih bisa
diterima. Apalagi bagi pembaca yang tidak suka membaca digital, membaca di
iPusnas mungkin agak tidak recommeneded.
Bagi yang suka baca digital, pastikan kalau jenis
dan ukuran font Second Chance memang sesuai dengan kebutuhan Anda. Kalau
tidak sesuai, sepertinya lebih rekomendasi untuk pinjam atau beli saja, deh.
Eh, tapi jangan beli bajakan, ya. Membeli buku
bajakan sama dengan merusak hak cipta dan menghentikan para penulis
berkreativitas. Daripada membaca buku bajakan, sangat disarankan membaca di
iPusnas. Tersedia di iPusnas dengan jumlah banyak, kok.
0 Komentar