Waspada! Kenakalan Remaja Dimulai Dari Peningkatan Minat Baca

 Menurut data yang dihimpun dari berbagai sumber, Indonesia memiliki minat baca yang cukup rendah dibandingkan negara-negara tetangga. Data ini diperkuat pula dengan laporan toko buku dan para penulis yang menjual bukunya secara fisik. Pembeli lebih berduyun-duyun masuk ke toko pakaian daripada ke toko buku. Berbeda sekali dengan pemandangan di negara maju yang menjadikan toko buku sebagai tempat paling menyenangkan untuk healing.

Munculnya ponsel pintar dengan harga relatif murah juga memberi keuntungan tersendiri untuk anak muda. Terlebih ponsel-ponsel yang sudah melengkapi platform buku digital sebagai aplikasi bawaan. Mau tidak mau penggunanya didorong untuk sekedar melirik jenis buku yang sudah diunduh di ponsel.

[Photo: Pexels]

Dalam tiga tahun terakhir, berbagai platform novel impor masuk pesat ke Indonesia. Ada yang bertahan ada pula yang hilang dari pencarian. Iklannya pun berseliweran di aplikasi apa saja yang kita buka. Mulai dari logo dan cuplikan cerita sampai gambar-gambar yang tidak layak untuk anak di bawah umur. Akan tetapi, iklan dan perkembangan teknologi komunikasi seperti ini tidak bisa dibendung.

Iklan dengan gambar-gambar mengarah pada visual pornografi ini tidak memilih siapa pemegang ponsel. Ia bisa muncul di ponsel siapa saja. Termasuk remaja yang masih berada pada fase ingin tahu segala hal yang menantang dan terlarang. Bermula dari coba-coba buka, akhirnya menjadi bagian dari rutinitas.

Remaja yang awalnya tidak memiliki minat membaca buku, kini semakin banyak remaja yang suka membaca di aplikasi baca seperti Wattpad, Fizzo, KBM, WebNovel, Noveltoon, Cabaca, dan lain-lain. Akses bebas yang bisa diakses oleh siapa saja juga bisa diakses oleh remaja. Cerita-cerita dengan gambar vulgar justru memberi daya tarik untuk memancing minat baca para remaja.

Banyak cerita-cerita yang ditawarkan pada platform tersebut mengangkat tokoh remaja dan kehidupan mereka yang bebas. Kisahnya terlihat klise, sederhana, dan terlalu absurd. Bahkan penulis cerita juga menormalisasikan pelecehan seksual, pemerkosaan dan lainnya. Contoh paling sederhana dan paling umum di platform adalah ketika korban perkosaan yang masih anak sekolahan jatuh cinta pada pelaku perkosaan. Lantas ceritanya dibuat happy ending.

Selain tergolong absurd, cerita seperti ini seolah memberi pembenaran dan angin segar untuk kehidupan remaja yang menantang. Gaya hidup remaja yang menganut perilaku seks bebas malah seperti mendapatkan dukungan moral dari para penulis cerita seperti ini. Tanpa disadari, minat baca yang didapat ini justru memicu berbagai jenis kenakalan remaja.

Tangkap layar dari platform Cabaca.


Berdasarkan data yang dilansir oleh Sindonews, kebebasan bergaul remaja saat ini sudah mencapai pada tahap mengkhawatirkan. Sebanyak 63% remaja sudah pernah melakukan hubungan seks. Wow! Jumlah yang fantastis bukan?

Sebagai bagian dari media komunikasi, platform buku digital menyumbang pendidikan seks yang salah untuk remaja. Berawal dari kenakalan remaja yang awalnya memberontak, bolos, membaca bacaan yang tidak bermoral, akhirnya mereka melakukan hal-hal yang diinginkan secara ilegal.

Informasi yang tak terbatas di era digital memberi dorongan ingin tahu yang besar pula untuk remaja. Apalagi perbincangan antar teman dan visualisasi yang sudah dijelaskan di buku-buku digital yang mereka akses secara bebas dan mudah. Praktiknya hanya butuh momen dan objek saja.

Bagi sebagian orang, hal-hal seperti ini dianggap sebagai bagian dari proses pendewasaan. Namun bila tidak ada kontrol yang ketat dari orangtua, hal-hal yang mengarah pada kenakalan remaja bisa berdampak sangat negatif dan merusak masa depan remaja.

Dalam bahasa Inggris, kenakalan remaja disebut juvenile delinquency, yaitu perbuatan anak remaja (usia belasan) yang melanggar nilai  dan norma sosial serta mengganggu ketertiban umum. Membaca novel dewasa bukan tindak yang mengganggu ketertiban umum, tapi sikap yang diambil setelahnya karena dampak bacaan tersebut justru melanggar nilai dan norma sosial. Jadi, ini termasuk sebagai kenakalan remaja.

Ada  dua golongan yang dapat dikatagorikan sebagai kenakalan remaja, yaitu tidak melanggar hukum dan melanggar hukum. Kenakalan remaja yang melanggar hukum seperti melakukan tindakan indisiliner di sekolah, di rumah, dan tempat-tempat umum. Tingkatannya masih sangat rendah dan mudah diatasi. Kabur dari rumah tanpa seiizin orangtua juga termasuk jenis kenakalan remaja yang tidak melanggar hukum.

[Photo: Pexels]

Tahapan yang lebih tinggi dari golongan yang tidak melanggar hukum adalah berpesta semalam suntuk tanpa pengawasan. Biasanya akan berlanjut dengan membaca buku-buku cabul , melakukan seks bebas, berpakaian tidak pantas, sampai minum minuman keras.

Membaca novel dengan konten bertanda 21+ juga bagian dari kenakalan remaja. Sayangnya, justru minat baca remaja Indonesia meningkat sejak kehadiran platform membaca dan menulis ini. Jumlah pembaca buku digital yang mencapai jutaan menunjukkan bahwa minat membaca di Indonesia tidak buruk. Sayangnya, hanya buku-buku dengan ilustrasi sampul wanita berpakaian minim dan lelaki bertelanjang dada saja yang mendapatkan jumlah pembaca demikian.

Sebagai orangtua dan tenaga pendidik, sudah saatnya kita waspada pada kenakalan remaja yang gampang dipengaruhi oleh teknologi dan media komunikasi di sekitar. Beberapa tindakan preventif (pencegahan) bisa dilakukan mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.

Tindakan mencegah bisa dimulai dari keluarga dengan mempersiapkan mental anak ketika memasuki usia remaja. Persiapan ini dilakukan agar anak tidak bingung dengan perubahan yang terjadi dalam dirinya. Kemudian dibekali dengan pendidikan mental melalui pengajaran agama, etiket, dan memberi teladan untuk anak.

Dalam masyarakat, remaja harus pandai memilih teman bergaul. Orangtua dan harus terlibat dalam mengawasi pemilihan teman remaja agar tidak terbawa dampak buruk. Salah satu caranya dengan mengarahkan remaja untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan positif agar dapat mengembangkan bakat minat remaja.

[Photo: Pexels]


Pertemanan dan pertumbuhan remaja mulai membuka ketertarikan terhadap lawan jenis. Di usia pubertas, remaja ingin tahu lebih banyak tentang banyak hal termasuk seks. Memberikan pendidikan seks di usia remaja cukup penting agar remaja tidak melakukan penyelewangan yang melanggar susila.

Tindakan preventif tersebut harus didukung dengan penguatan kualitas hubungan anggota keluarga. Penanaman nilai-nilai kasih sayang, perhatian, dan proses penyampaian nilai dan norma dapat dimulai dengan komunikasi yang efektif antar anggota keluarga. Selain keluarga, sekolah juga harus berperan untuk memberikan dukungan pencegahan melalui klinik bimbingan konseling yang dapat menjaga kulitas hubungan antara murid dan guru, penyelesaian masalah remaja, dan hal-hal lain yang mendekati kenakalan remaja.

Jika tindakan preventif sudah dilakukan, selanjutnya bisa diterapkan tindakan represif. Tindakan represif berupa pemberian hukuman  ketika terjadi pelanggaran. Lalu dibekali dengan tindakan kuratif yang meliputi mengajarkan remaja untuk memecahkan masalah, kontrol diri, dan mengembangkan perilaku prososial (persahabatan dan komunikasi yang baik).

Remaja yang sudah melakukan tindak kenakalan perlu dilakukan monitoring. Tindakan ini disebut tindakan rehabilitasi. Tujuannya agar kenakalannya tidak kambuh lagi.

Nah, ternyata masa remaja bukan saja masa yang indah, tetapi juga masa yang penuh pertimbangan dan hati-hati melangkah. Kenakalan remaja bukan saja tugas orangtua dalam menangani. Ini tugas kita bersama. Terutama para content writer, berhati-hatilah dalam menulis adegan untuk menunjukkan keintiman. Dampaknya yang menyebar pada remaja sehebat penyebaran virus.

Posting Komentar

0 Komentar