Pisang dan Yoghurt, Siapkan Energi Untuk Berpuasa

 Saya bukan orang yang makan banyak saat sahur. Sebisa mungkin saat sahur saya hanya makan sedikit nasi, sedikit lauk, dan minum dengan jumlah yang normal. Tidak banyak juga. Air yang saya minum terlalu banyak biasanya akan terbuang kembali melalui urin dan alhasil saya merasakan dehidrasi sepanjang hari. Iklan-iklan minum ini itu untuk menjaga dehidrasi selama puasa mah nggak mempan untuk saya. Hasilnya akan sama saja.

Justru dengan makan minum sekedarnya akan menjaga vitalitas saya selama berpuasa. Saya akan menikmati hari-hari berpuasa seperti hari biasa saat tidak berpuasa. Anehnya, makan banyak saat sahur juga akan menyebabkan saya kelaparan dan kelelahan sepanjang hari.

Menu andalan saya selama puasa juga sangat gampang dan tidak berlebihan. Cukup tiga sendok makan nasi putih, sayur bening (biasanya bayam atau sawi putih), dan tiga gelas air hangat. Kadang-kadang saya menambah tiga butir putih telur juga. Hanya menu andalan yang praktis seperti ini puasa bisa dilewati dengan tenang sampai berbuka.

[Photo: Pexels/Ani Lane]

Sejak pindah ke Beijing, saya diperkenalkan dengan menu lain untuk sahur. Teman saya asal Pakistan memperkenalkan yoghurt dan pisang untuk menghindari dehidrasi selama berpuasa 21 jam di musim panas. Awalnya saya tidak mengikuti saran teman ini karena tidak suka pisang. Lagipul rasa pisang di Beijing tidak seenak di Indonesia. Harganya mahal pula. Namun dua hari pertama saya selalu tepar setiap siang. Baru beberapa jam saja, saya sudah lemas dan kehilangan energi. Lantas saya mengikuti saran teman saya.

Setiap sahur saya makan yoghurt dan pisang sebagai tambahan setelah makan nasi. Keduanya menjadi booster energi di bulan puasa. Apalagi jika harus menahan haus dan lapar selama 21 jam di musim panas, kuliah, dan turun ke lapangan. saya juga menambahkan asupan energi dengan tiga butir kurma. Alhasil saya bisa bertahan sampai 21 jam tanpa hambatan.

Pernah suatu hari di bulan Ramadan, dua sahabat saya yang berbeda agama ingin merasakan ‘penderitaan’ saya menahan haus dan lapar. Mereka mulai menahan hasu dan lapar mulai dari pukul tujuh malam, sementara waktu berbuka baru pukul sembilan lewat lima belas menit. Kami berangkat ke kantin muslim sekitar pukul setengah sembilan dari asrama.

Kedua teman saya langsung tepar dan tidak bisa menahan diri lagi pada pukul sembilan. Sebelum waktu berbuka tiba, makanan yang kami pesan sudah sampai di meja. Mereka langsung mengaduk-aduk makanan dan tidak tahan lagi untuk menikmati makan malamnya. Berulang kali saya menyuruh mereka untuk makan duluan, mereka menolak dengan alasan kesetiakawanan dalam menahan lapar. Mereka tetap menunggu saya.

Begitu waktu bebuka tiba, mereka makan dengan kekuatan seperti orang yang tidak makan selama seminggu. Mereka bertanya pada saya, “apa yang membuat kamu bisa bertahan tidak makan dan minum seharian?”

[Dua sahabat berbeda agama yang ikut berpuasa. | Photo: Dokumen Pribadi]

“Niat dan sahur dengan kurma, yoghurt, dan pisang,” ungkap saya.

Teman saya yang berasal dari Kamboja kemudian berinisiatif melakukan puasa untuk menurunkan berat badannya. Padahal dia sudah cukup langsing untuk sekedar diet. Namun saya yakin setiap wanita memiliki body goalsnya masing-masing.

Seminggu dia mengikuti pola makan seperti sahur saya, dalam seminggu dia turun berat badan sebanyak lima kilogram. Dia memulai makan pada pukul tujuh pagi dan mengakhiri di malam hari pada pukul delapan. Dia akan tetap makan siang dengan bibimbap di kantin Korea kesukaannya.

Sukses, kan? Selain menu praktis untuk sahur dengan yoghurt dan pisang, hal lain yang harus dimiliki dalam berpuasa adalah niat. Jangan lupa membaca niat berpuasa saat sahur, ya.

Posting Komentar

0 Komentar