Sosialisasi Mantan Sosialita

Kata orang, saya adalah seorang sosialita.

What?


Bergabung di komunitas blogger adalah komitmen.
[Photo: Ulfa Khairina]



Ya, meskipun saya menampik. Mereka tetap menyebut saya termasuk dalam sosialita. Padahal tidak begitu juga jika dirujuk pada definisi sosialita yang sebenarnya. Coba cek wikipedia yang memberi penjelasan lebih luas tentang sosialita. Saya sama sekali tidak termasuk di dalamnya.
Sosialita berasal dari dua kata. Social dan elite. Dimana orang-orang yang sibuk bersosialisasi dan selalu berkumpul dengan orang-orang kelasnya. Kaum elit. Nah, sementara saya mana ada modal untuk begitu-begituan. Tapi yang namanya sebutan tetaplah sebutan. Biarkan dia menempel sebagaimana mestinya. Lama kelamaan jika itu tidak benar juga akan hilang.

Saya merasa jengah dengan sebutan ini. Ya, sangat. Tapi secara tidak langsung tidak bisa saya munafikan jika kesibukan bersosialisasi sebenarnya menjadi penyakit akut saya. Tapi hanya di dunia maya. Tidak di dunia nyata. Sebutlah di WAG. Baru sebulan menggunakan WA, sudah sekitar lima grup saya terseret di dalamnya. Grup tidak penting, tapi selalu membuat saya tidak bisa move on ketika ada waktu luang untuk scroll down percakapan di grup yang seringnya membuat saya lelah dan kesal dengan berbagai jenis manusia. Sampai sekitar dua bulan lalu saya khusus membeli nomor baru dan membuat duplikat aplikasi demi WA cadangan untuk grup dan lain-lain.

Saya sosialita. Ya, di dunia maya.

Ketika mulai memutuskan menjadi blogger, saya mulai mencari informasi tentang bagaimana bergabung dalam komunitas blogger. Emak Blogger, Book Blogger, Travel Blogger, dan jenis blogger lainnya. Rasanya sulit sekali untuk menjadi komunitas blogger di Indonesia ini. Itulah yang saya rasakan.

Pernah sekali, saya bertanya pada teman yang seorang Travel Blogger, "Bagaimana caranya agar saya bisa join di komunitas. Komunitas Travel Blogger oke, atau blogger Aceh juga boleh." Saya pede sekali bertanya karena selain punya blog dengan konten aktif dan sesuai tema, saya juga bisa mengikuti kinerja para blogger. Sanggup ikut deadline.

Jawabannya mencengangkan, "Nggak bisa lagi, kak. Pendaftaran sudah ditutup. Lagipula yang diterima cuma yang sudah daftar dan pakai adsense."

What?! SHITake jamuran!

Memangnya ngeblog seelit itu sekarang? Agak kesal campur sedih dengan kalimat teman saya itu. Apalagi waktu itu blog dengan domain sendiri belum ada. Modal saya masih blog ini. isinya random. Meskipun sudah mulai saya fokuskan ke travel juga. Lumayan lama juga saya berhenti nulis. Hanya mengandalkan schedule saja. Baru bangkit lagi ketika saya mulai rajin nonton film. Hanya tiga postingan, kemudian give up lagi. Merasa tidak ada gunanya jika ngeblog tanpa komunitas.

Di blog sebelah, pembahasannya memang lebih banyak buku. Hanya tergabung dalam satu komunitas saja. Itu pun karena ngejar repost di Instagram. Sampai akhirnya saya melihat seorang following merepost tantangan menulis blog 30 hari dari Blogger Perempuan. Ada secercah harapan lagi untuk menjadi 'sosialita' kembali.

Menjadi bagian dari BPN bukan saja sebagai sosialita ala-ala. Lebih dari itu, bergabung dengan komunitas memiliki manfaat luar biasa. Menjaga konsistensi menulis, belajar menulis lebih baik lagi, dan banyak hal lain yang di dapat.

Hari ini, saya membaca beberapa tulisan dari teman-teman blogger yang tergabung dalam BPN. Tulisannya bagus, tampilan blognya bagus. Sebagian dari mereka juga blogger profesional. Nah, saya semakin menikmati menjadi seorang blogger. Karena apa? Manfaat yang disebarkan melalui jaring-jaring cinta yang ada. Menulis!

Posting Komentar

0 Komentar