Manusia Transparan, Diksi Novel Yang Terlihat di Dunia Nyata

 Manusia transparan, terdengar agak imut dan arahnya horor. Ya, memang horor dalam tanda kutip. Istilah ini sebenarnya bukan ditujukan untuk orang mati gentayangan atau hantu dan sejenisnya. Manusia transparan ditujukan untuk manusia nyata yang wujudnya terlihat di depan mata, bisa dirasakan, dan dibuat sebal dengan kehadirannya.

Istilah manusia transparan adalah diksi yang saya temukan di beberapa novel. Salah satu yang saya ingat berjudul Pintu Harmonika yang ditulis kolaborasi oleh Clara Ng dan Icha Rahmanti. Manusia transparan ini agak aneh, punya kelainan orientasi seksual dan agak gila. Mungkin.

[Photo: Pexels]

Si manusia transparan ini kebanyakan lelaki, sih. Di dalam cerita novel juga seorang lelaki yang suka muncul di tempat sepi, kemudian menunggu mangsa dari lawan jenis. Dia akan menunjukkan kelaminnya dan menunggu reaksi korban. Semakin histeris korban, semakin puas dianya. Beginilah cara kerja dan kelainan yang diidap oleh si manusia transparan.

Kenapa tiba-tiba membahas manusia transparan dan buku? Kemarin, saya baru bertemu dengan jenis manusia transparan ini di salah satu jalan Meulaboh. Sialnya, saya tidak pernah menyangka dia akan muncul di sana. Apalagi tempatnya sepi dan sempit. Berbagai hal bisa terjadi. Sialnya lagi, ini bukan kali pertama saya bertemu dengan manusia transparan.

Cerita kemarin, saya mengantar anak ke daycare di Ranto Panyang seperti rutinitas pagi biasa. Saya belum melakukan presensi pagi dan harus bergegas ke kampus karena satu agenda penting prodi. Jadi, dari arah Ranto Panyang ke kampus memang kecepatan di atas biasanya. Sepintas dari kejauhan saya melihat seorang lelaki di pinggir jalan dengan motor bebek terparkir di sana. Arahnya menghadap arah kedatangan saya.

Ada yang aneh dari lelaki itu, dan... astaghfirullah! Itu manusia memang gila! Transparan dan agak lain. Dia sudah memelorotkan celananya dan memperlihatkan zona rahasianya. Awalnya saya pikir lelaki ini numpang pipis di pinggir jalan. Kok rada gila, ya. dalam beberapa detik saya baru sadar ini jenis manusia transparan lain. Untungnya saya bisa fokus mengendarai sepeda motor dan langsung balap. Dari spion saya melihat dia mulai menaiki sepeda motornya dengan posisi celana tidak dinaikkan.

Saya takut dikejar oleh manusia transparan ini. Apalagi di depan saya ada dua tikungan patah. Sambil berdoa dalam hati dan terus menyebut nama Allah, saya tidak peduli apapun. Saya terus melaju dengan kecepatan di atas 60 km/jam demi cepat sampai ke jalan utama. Rasanya kalau sudah berada di jalan utama atau masuk ke perumahan ADB hati lebih tenang. Bagaimanapun di sana banyak orang, manusia transaparan ini nggak akan berani aneh-aneh kalau nggak mau dihajar massa.

Sesampai di rumah saya langsung lemas. Pikiran kacau. Manusia transparan ada dimana-mana. Ini memang bukan pertama kali saya menjadi korban manusia transparan. Saya juga bukan satu-satunya perempuan yang menjadi korban. Saat berbincang dengan teman-teman perempuan lain, mereka rata-rata pernah menjadi korban manusia transpara ketika kuliah di Banda Aceh atau di kota lainnya.

Pertama kali saya bertemu dengan manusia transparan itu ketika masih kuliah di Banda Aceh. Hari itu Jumat siang, para lelaki shalat Jumat, saya dan teman-teman perempuan lainnya nongkrong di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Setiap Jumat siang di markas Palang Merah Indonesia (PMI) memang ada latihan tari, saya juga ikutan. Siang itu pelatihnya tidak bisa datang, kami libur latihan. Bersama seorang teman, kami memilih duduk di bawah pohon akasia di kantin PKM. Kantin di waktu Jumat sangat sepi. Hanya ada kami berdua.

Saya menangkap seorang lelaki dengan motor matic Mio berwarna merah wara wiri di jalan samping kantin. Beberapa kali dia berputar di sana. Dia memakai kaos putih dan celana canvas kecoklatan. Dalam kondisi motor masih menyala, dia duduk di atas motor dan parkir hanya di sebarang kami.

Dia memanggil-manggil dengan suitan. Ntah kenapa, saya justru melirik ke arah manusia transparan. Saat itulah saya melihat sesuatu yang harusnya tidak saya lihat. Saya menjerit dan berlari masuk ke dalam gedung PKM. Teman saya bertanya-tanya ada apa. Saya terdiam dan lama terpaku. Bingung harus menjelaskan apa. Meskipun akhirnya saya bercerita apa yang terjadi. Si teman tertawa. Lalu mengalirlah cerita tentang di manusia transparan dari mulut para korban.

Korban si manusia transparan ini tidak sedikit. Bahkan dia pernah menjalankan aksinya di depan masjid kopelma. Gila dan agak lain memang!

Posting Komentar

0 Komentar