Saat saya masih bocah dulu, orang tua kerap memarahi ketika mulai jajan berwarna yang dijual bebas. Padahal rasanya sangat manis, murah, dan dapat banyak dengan kondisi uang jajan sangat minimalis.
Orang
tua saya suka menakuti dengan kata, “jangan beli yang warna warni. Itu racun!” dan
sebagai anak kadang-kadang patuh saja. seringnya saat orang tua tidak melihat,
kami membeli diam-diam karena jajanan manis legit dan bisa meninggalkan warna
di lidah.
![]() |
[Photo: Pexels] |
Ketika
usia sudah mulai paham yang namanya racun bisa membunuh, keberanian melanggar
aturan mulai ada. Namanya racun kalau dimakan pasti mati. Akan tetapi kita
terus jajan yang berwarna dan manis-manis itu masih tetap hidup dan terus
tumbuh besar. Akhirnya kita tidak percaya lagi dengan kata ‘racun’ yang selalu
orang tua ucapkan untuk melarang.
Kenyataannya
orang tua hanya memilih kosa kata yang mudah dipahami oleh anak dengan bahasa
sederhana tetapi malah jadi rumit. Kenyataan yang paling sederhana adalah
jajanan tidak sehat itu mengandung pengawet dan perisa rasa berlebih. Kelebihan
zat-zat jahat ini akan mendorong ke arah yang tidak sehat., misalnya diabetes. Saat
ini diabetes juga dikenal sebagai penyakit yang menjadi pembunuh dengan
persentase tinggi.
Jujurly, saya
baru tahu tentang diabetes pada anak tidak melulu disebabkan oleh faktor
genetik. Selama ini saya hanya memahami jika diabetes disebabkan oleh faktor
genetik dan tumpukan gula pada darah yang tidak bisa diproses lagi. Akan
tetapi, itu hanya terjadi pada orang dewasa. Sedikitpun saya tidak menyangka
jika itu bisa terjadi bukan pada orang dewasa saja.
Diabetes
disebabkan oleh hormon insulin yang berkurang karena terjadinya penumpukan gula
darah. Hormon insulin diproduksi di Pankreas. Dalam 10 tahun, kasus diabetes
pada anak meningkat sampai 1000 kasus. Penderitanya adalah anak-anak berusia
0-18 tahun.
Diabetes
anak terbagi dua tipe. Pertama, diabetes tipe 1 yang menyerang bayi, balita,
dan orang dewasa. Penyebabnya karena ada kelainan autoimun (sistem kekebalan
tubuh yang merusak pankreas). Pada diabetes tipe ini pankreas tidak
menghasilkan hormon insulin. Penderita diabetes tipe ini rentan karena faktor
genetik (ada penderita diabetes tipe 1 di dalam keluarga), adanya riwayat infeksi
virus, dan pola makan kurang sehat.
Jenis
makanan tidak sehat yang dimaksud menjadi pemicu diabetes tipe satu ini seperti
permen, es krim, jus buah kemasan, dan buah kering. Benar-benar jajanan yang
sangat dekat dengan anak-anak ya, Bun?
Kedua,
diabetes tipe dua yang disebabkan oleh resistensi insulin atau kondisi ketika
sel-sel tubuh kesulitan menggunakan insulin untuk memanfaatkan gula darah
sebagai sumber energi. Kadar gula darahnya meningkat karena tidak berfungsinya
penggunaaan insulin. Salah satu penyebabnya karena ada keluarga dengan riwayat
diabetes. Anak dengan berat badan lebih atau obesitas bisa menjadi penyebab
diabetes juga lho, Bun. Konsumsi makanan tinggi gula dan lemak juga menjadi
salah satu penyebab. Kurang gerak atau kurang olah raga juga salah satunya.
Lantas,
bagaimana kita tahu jika anak terkena diabetes? Bunda bisa memperhatikan
gejala-gejalanya seperti anak sering haus dan sering buang air kecil. Nafsu makan
anak meningkat, tapi berat badan justru turun. Anak juga terlihat lelah dan
lesu. Penglihatannya menjadi kabur. Muncul luka atau infeksi di tubuh yang
sulit sembuh. Warna kulit juga menghitam, tapi bukan terbakar matahari.
Dari
gejala yang terlihat, kita bisa langsung membawa anak untuk melakukan
pemeriksaan. Kebanyakan dari orang tua memang senang ketika anaknya banyak
makan. Meskipun berat badan anak turun, kita akan mencari pembenaran dan
beralibi kalau anak sedang aktif-aktifnya. Namun itu saja tidak cukup,
perhatikan kalau-kalau ada gejala lain yang timbul. Orang tua harus mulai
perhatian. Jangan-jangan ada gejala diabetes pada anak kita.
Kenapa
harus bawa ke dokter, Bun? Bisa saja bukan itu kan?
Nah,
pertanyaan ini yang terkadang membuat emosi jiwa raga. Bawa ke dokter agar
diagnosanya jelas. Dokter jga punya solusi medis untuk menangani gejala. Dokter
juga punya nasehat agar orang tua memperhatikan makanan anak-anaknya. Apa yang
boleh dan apa yang tidak. Itu sangat penting diperhatikan.
Kalau
dibiarkan begitu saja justru lebih mengkhatirkan. Si anak mungkin tidak
mengalami gejala diabetes. Maka orang tua aman-aman saja. bagaimana kalau
ternyata anak malah memiliki gejala diabetes? Lebih baik mencegah daripada
mengobati kan?
Hal-hal
sederhana yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mencegah diabetes pada anak
cukup sederhana. Terutama bagi keluarga yang tidak memiliki riwayat diabetes
dalam keluarga. Hindarkan anak-anak dari jajanan yang tidak sehat seperti
permen, es krim, dan makanan dengan pemanis buatan. Edukasi anak agar tidak
menyentuh makanan-makanan tersebut.
Bunda
bisa mulai membuat cemilan untuk anak agar anak-anak enggan jajan di luar. Kalaupun
anak jajan di luar, dia tidak akan memilih makanan yang berwarna terang dengan
pemanis yang super banyak itu. Beri informasi kepada anak dengan bahasa
sederhana bahwa makanan tersebut tidak sehat dan mengandung zat berbahaya untuk
tubuhnya.
Ah,
nantinya anaknya nggak ngerti. Gimana, dong?
Well, anak
berusia empat tahun sudah bisa dijelaskan dengan bahasa dan istilah, kok. Kalau
anak masih tidak paham, sebagai orang tua sudah saatnya melakukan praktik
sederhana untuk menunjukkan reaksi tubuh ketika bertemu dengan zat berbahaya. Hal-hal
seperti ini juga semakin mudah ditemukan di YouTube, kan?
0 Komentar