“Masih pakai hape Cina? Ganti sama epong, dong.” Kalimat seperti ini bukan sekali dua kali singgah ke telinga saya. Seolah memakai ponsel buatan Cina akan menghambat kreativitas. Apalagi sejak tahun 2018, saya mulai aktif membuat konten book photography untuk bookstagram saya yang @oliverial_ itu.
Saya punya DSLR merek Nikon dan kamera saku merek Canon. Keduanya masih tersimpan rapi di rumah. Sesekali saya memakai keduanya untuk memotret. Akan tetapi saya lebih sering menggunakan ponsel saya untuk menghasilkan foto-foto. Selain mudah, praktis, dan cepat. Tidak perlu transfer foto dari kamera ke laptop dulu, belum lagi harus menyesuaikan skalanya agar cocok dengan permintaan instagram. Well, saya suka memakai skala 1:1 untuk postingan Instagram.
![]() |
Redmi 9C [Photo: Search by Google] |
Foto
yang dihasilkan dengan kamera profesional dan hape memang berbeda, tetapi
kecanggihan aplikasi sekarang dan kapasitas kamera ponsel juga nggak bisa
dipandang sebelah mata. Aplikasi rekayasa digital sangat membantu para content creator untuk menghasilkan karya
maksimal lebih optimal.
Saya
jarang sekali memakai aplikasi ini itu untuk mengedit hasil foto. Entah mengapa
saya lebih suka apa adanya. Kalaupun mengedit, maka saya akan memilih filter
dari Instagram. Penggunaan filter dari Instagram juga jarang sekali saya
gunakan. Palingan saya menyesuaikan komposisi dan warna yang sesuai tema saja.
misal agak redup atau diterangkan saja.
Pertama
kali saya memakai ponsel keluaran Xiaomi pada awal Februari 2015. Waktu itu
Xiaomi juga baru masuk Indonesia. Saya langsung tertarik pada ponsel ini ketika
membaca ulasannya di sebuah media daring yang membahas soal gadget. Waktu itu
Xiaomi belum masuk Indonesia. Begitu menurut artikel yang saya baca.
Tahun
tersebut, kebetulan saya masih di Cina. Setelah melihat performa ponsel ini di
tangan teman-teman yang punya keahlian foto di atas rata-rata, saya memutuskan
untuk membeli Redmi 2 seharga Rp 1,4 juta di salah satu toko ponsel seputaran
kampus Beijing. Saya cukup puas denga performanya meskipun harus menambah
memori eksternal sebesar 16 GB. Yach, waktu itu kapasitasnya juga belum
besar-besar seperti sekarang. RAM 2 GB dengan memori internal 8 GB saja sudah
sangat lumayan.
![]() |
Redmi 9C memiliki RAM yang cukup untuk mengunduh berbagai aplikasi [Photo: Pexels] |
Ketika
saya kembali ke Indonesia dengan menenteng ponsel itu, banyak yang mengira saya
pakai iPhone 5. Modelnya memang mirip sekali. Tidak heran, ketika di Cina saya pernah membaca rilis tentang misi Xiaomi
yang ingin menyamai kejayaan iPhone. Meskipun banyak yang meremehkan, tapi misi
sebenarnya yang ingin mereka sampaikan adalah ingin menendang iPhone sebagai
ponsel impor yang digilai oleh masyarakat Cina dan mulai memakai produk lokal.
Gadget lokal dengan kapasitas maksimal dan harga minimal tentu saja si Xiaomi
ini.
Saat
di Takengon, bahkan ada yang mengatakan Xiaomi ini adiknya iPhone. Antara
ngakak tapi senang, saya iyakan saja niat menyama-nyamakan ini. Tidak heran,
dewasa ini gadget juga menjadi salah satu tolak ukur dalam pergaulan. Akan
tetapi, sebagai content creator yang
dibutuhkan bukan sekedar gengsi. Para creator
membutuhkan gadget yang sesuai dengan kantong dan bisa menghasilkan hasil
yang tidak main-main. Menurut saya, Redmi ini bisa banget.
Saya
mulai memotret buku-buku untuk diposting ke Instagram mulai sejak menggunakan
Redmi 2. Setelah empat tahun ponsel ini tidak bisa membaca kartu SIM. Lalu
suami membelikan Redmi 4, lalu Redmi 7, terakhir saya menggunakan Redmi 9C.
Katanya Redmi 9C memiliki kualitas kamera yang tidak main-main. Kapasitas
penyimpanan juga besar.
Seperti
halnya kebanyakan kamera ponsel, ada batasan shutter. Bayangkan saja untuk sebuah buku terkadang saya bisa
menjepret sampai lima foto. Ada sepuluh buku, tinggal dikalikan saja. Belum
lagi momen di sekeliling. Banyak sekali. Setelah dua tahun menggunakan,
kualitas fotonya mulai buram. Gambarnya tidak setajam tahun pertama.
Satu
hal yang perlu saya ungkapkan secara jujur. Kamera Redmi 9C tidak sebagus
kamera Redmi 7. Dari sisi ketajaman gambar dan kecerahan. Saya lebih menyukai
Redmi 7. Meskipun sudah memiliki Redmi 9C dan Redmi 7 mulai hank. Kalau Redmi 7
sedang normal, saya suka memotret menggunakan Redmi 7. Gambarnya lebih jernih
dan tajam.
![]() |
Ketajaman gambar juga lumayan untuk memotret dengan cahaya lampu. [Photo: Ulfa Khairina] |
Apa
yang menbuat saya tidak mau beralih ke epong dan tetap setia dengan Redmi 9C? Kamera
Redmi 9C memiliki fitur Pro yang bisa disesuaikan kebutuhan selayaknya kamera
profesional. Untuk perekaman video, ada pilihan makro (1080P) dan mikro (720P).
Masing-masing memiliki frame rate sebesar
30 FPS. Frame Persecond (FPS)
merupakan ukuran untuk kecepatan frame atau gambar yang ditunjukkan
perdetiknya.
Kameranya
juga memiliki fitur High Dinamyc Range (HDR)
yang berfungsi untuk perbandingan gelap dan tinggi dalam foto yang dinamis dan
tepat. Sebagai content creator, HDR
ini sangat membantu untuk pengambilan gambar di ruangan atau spot yang nggak
mendukung.
Dulunya
saya paling suka dengan fitur AI, sih. Kalau lagi selfi hasilnya bisa bagus
banget. Untuk objek seperti buku, AI juga sangat membantu, karena AI bisa
mendeteksi objek dalam frame foto secara otomatis. Baik itu foto landscape atau
portrait, bisa dideteksi lebih detil dan tajam. Hasilnya juga maksimal.
Bagi
yang suka filter bawaan kamera, Redmi 9C juga punya, kok. Filternya lumayan
banyak. Ada vivid, nuansa emas, gourmet, negatif film, ameur, solo, dan
lain-lain. Tinggal pilih suka yang mana. Kalau saya memang tidak suka pakai
filter, jadi filter bawaan kamera ponsel tidak pernah terpakai. Kalau memang
membutuhkan filter, saya akan menggunakan aplikasi lain atau filter bawaan di
Instagram.
Nah,
terpenting dan paling penting untuk pengguna kamera ponsel. Skala gamnbar yang
dihasilkan. Ada empat skala di Redmi 9C, yaitu 1:1 untuk Instagram, 3:4 untuk
portrait, 9:16 untuk landscape, dan full untuk jangkauan lebih luas seperti
panorama atau foto bersama yang barisannya bisa memanjang ke kiri dan ke kanan.
![]() |
[Photo: Ulfa Khairina] |
Kalau
mau memotret sendiri dengan timer, ada
pilihan 3 detik, 5 detik, dan 10 detik. RAM-nya lumayan, sih, 3 GB dengan
kapasitas memori internalya 32 GB. Bisa motret banyak rekam video yang juga
lumayan banyak. Selama ini saya cukup puas dengan hasil foto yang diberikan
oleh Redmi 9C meski tidak sebagus kakaknya.
0 Komentar