Kuliah Salah Jurusan? Carilah Kebenaran Dalam Kesalahan

 Setiap negara memiliki sistem berbeda dalam pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi. Tidak di Indonesia, tidak di luar negeri sistemnya berbeda-beda. Pengalaman saya, memilih kampus di bawah naungan Kemendikbud dan Kementerian Agama juga berbeda. Ketika saya kuliah di China juga berbeda. Di China, pilih satu jurusan yang benar-benar kita suka di tiga kampus berbeda. Selanjutnya tergantung nasib.

Berbeda dengan di Indonesia, kita bisa memilih tiga kampus dengan tiga jurusan yang berbeda. Tak jarang saking bebasnya pilihan justru mati pilihan. Ketika lulus di jurusan tersebut malah tidak tahu arah masa depan akan dibawa kemana. Akhirnya, salah jurusan menjadi kambing hitam ketika ekspektasi dan realita tidak sesuai.

[Photo: Pexels]

Saya banyak menemukan teman-teman bahkan mahasiswa saya sendiri yang tidak pernah berniat kuliah di jurusan yang sedang mereka jalani. Mereka tetap menyelesaikan dengan dalih, “terlanjur. Ya, sudah. Toh kerja zaman sekarang nggak sesuai jurusan.”

Ada pula yang tetap menyelesaikan tahun pertama dan kedua demi menunggu kesempatan ikut ujian masuk tahun depannya lagi. Di tahun ketiga saat tidak lulus di jurusan impian, kebanyakan mahasiswa memilih pasrah tanpa tahu mengapa harus melakukannya. Prinsipnya, “jalani saja dulu. Urusan masa depan masih jauh.”

Jika kamu masih duduk di bangku SMA sederajat, boleh banget kok untuk memastikan benar bakat minat dan tujuan karir. Buat daftar pekerjaan yang disukai, hal-hal yang ingin dipelajari, dan kampus yang diinginkan. Kemudian cari tahu jurusan apa yang bisa mendukung kita untuk menggapai cita-cita. Setidaknya, jika meleset dari target, tidak melulu kesal dan masih tetap menjalani perkuliahan dengan suka cita. Dengan begitu, tidak ada penyesalan di kemudian hari.

Seharusnya, tidak ada penyesalan untuk pilihan yang kita buat sendiri. Seharusnya, ya. Karena apa yang kita pilih adalah berdasarkan kesadaran, tidak ada paksaan dari orang lain. Jadi, sebelum memilih untuk masuk ke jurusan tersebut sebaiknya kita mencari tahu dulu informasi sebanyak-banyaknya melalui website resmi kampus, medsos alumni, mahasiswa yang sedang kuliah di kampus dan jurusan tertentu, testimoni di internet, atau bahkan bisa survei langsung.

[Photo: Pexels]

Kalau akhirnya kita menyadari ‘hanya suka saja’ setelah masuk ke jurusan itu, jangan langsung menyesali ya guys. Buat diri kita jatuh cinta dengan semua kebiasaan di kampus, belajar, dan lingkungan akademik yang ada. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuat jatuh cinta pada jurusan yang kita anggap salah.

Bergabung Dengan Himpunan Prodi

Salah satu cara paling mudah untuk mengenali prodi kita adalah dengan bergabung dengan himpunan mahasiswa prodi. Orang-orang yang bergabung dengan himpunan ini biasanya adalah orang-orang yang memang sudah mencintai prodi tersebut. Secara tidak langsung mereka akan menularkan kecintaan mereka terhadap prodi kepada kita. Dari berbagai agenda yang dilakukan prodi, kita akan lebih mengenal prodi tersebut.

Berkumpul Dengan Senior Berkualitas

Senior yang mencintai dan menjiwai prodinya akan memberikan pengaruh positif terhadap sudut pandang kita pada prodi. Mereka dengan senang hati akan mengajak para juniornya untuk ikut berbagai aktivitas keprodian atau pekerjaan yang berkaitan dengan prodi. Dari sini kita akan merasakan vibe yang luar biasa terhadap jurusan yang kita anggap salah pilih.

Cari Pengalaman Kerja

Selain menambah deretan pengalaman kerja di CV, bekerja atau magang di bidang yang sesuai dengan jurusan juga memperkaya wawasan kita tentang prodi yang kita anggap tidak sesuai. Dunia kerja memberikan skill dan pengalaman berinteraksi langsung untuk mempraktekkan teori kuliah di lapangan.

Move On

 Masih belum mencintai juga? Move on, dong! Cukup satu semester saja merasa penyesalan. Jangan belarut. Semester kedua, mulailah memperbaiki kesalahan dengan menggali potensi diri.

Keempat cara tersebut terbukti ampuh untuk menyelesaikan masalah salah pilih jurusan. Jadi, jangan anggap salah pilih jurusan itu adalah musibah. Siapa tahu ini sebuah berkah besar dari awal kehidupan sebagai orang dewasa.

Posting Komentar

0 Komentar