Lebaran Tanpa Ikut Tren Abaya Dubai

 

Batik adalah salah satu tren baju lebaran yang tidak pernah ada matinya.
[Photo: Search By Google]

“Abang tahu apa baju lebaran yang tren tahun ini,” kata suami saya tiba-tiba. Saya agak kaget karena suami mengatakan sesuatu yang langka di telinga saya. Sejak kapan beliau peduli soal tren baju lebaran. Biasanya juga langsung buka lemari dan menunjukkan tumpukan baju di lemari yang sudah tersusun rapi.

“Apa?” tanya saya sebagai bentuk menghargai dalam komunikasi suami istri. Padahal saya tidak ingin tahu sama sekali.

Serius! Saya nggak pernah ikut tren baju lebaran apapun. Bagi saya tren itu bentuk komunikasi lintas budaya yang sangat singkat. Beli mahal-mahal, pakainya terbatas, dipakai kecoak di dalam lemari. Bagaimana bisa saya masukkan ke dalam prioritas? Sekarang saya lebih memikirkan efek jangka panjang jika berbicara soal baju baru.

“Namanya abaya dubai,” kata suami tersenyum lebar. Bangga bisa memperkenalkan sesuatu kepada saya. Sesuatu yang saya mungkin belum tahu. Suami menambahkan, “coba search saja di internet. Biar Upa tahu.”

“Mau dibelikan tidak? Kalau mau serius langsung google nih,” pancing saya. Suami hanya tersenyum. Senyum abu-abu yang tidak menunjukkan kepastian apakah akan memberi petunjuk untuk abaya Dubai atau tidak.

Saya tidak langsung mencari tahu soal abaya Dubai itu. Baru dua minggu sebelum lebaran saya mencari tahu seperti apa dan berapa harga abaya Dubai itu. Ini pun setengah merengek dibelikan baju baru. Dalam komunikasi pernikahan, merengek meminta sesuatu adalah bentuk komunikasi dengan umpan balik positif. Meski tidak baik dilakukan sering-sering, tapi cukup efektif untuk mempererat hubungan komunikasi dengan pasangan.

Abaya Dubai yang dimaksud mirip sekali dengan tren baju Saree India tahun 2000an, tapi tidak jauh berbeda juga dengan model-model abaya yang keluar sebelumnya. Bagian pinggirannya dipenuhi dengan renda bordir lebar dengan warna perak atau emas. Ada yang ditambahi dengan taburan swaraski, dan detil-detil lainnya.

Dress dengan berbagai model dan kombinasi warna bisa menjadi alternatif saat lebaran tahun 2022.
[Photo: Search By Google]

Saya tidak tertarik. Apalagi modelnya lebih hebring dengan beberapa lapis kain sifon melambai-lambai. Untuk busui seperti saya akan sangat rempong memakai abaya seperti ini. Sebagai orang yang lebih banyak menghabiskan waktu di kampus, abaya seperti ini juga terlalu hebring dan rempong dipakai mengajar.

Saya lebih memilih pakaia berupa gamis atau long dress polos saja. Kerudungnya bisa dipilih polos juga atau yang bermotif. Untuk saat ini, dress polos menjadi salah satu pilihan untuk yang tidak ikut tren tapi tetap terlihat trendy. Kerudung dengan motif bisa menjadi pilihan untuk casual look. Pashmina dengan warna berbeda dari tone yang sama akan memberikan kesan elegan. Begitu saja cukup.

Ide baju lebaran seperti ini bukan saja terlihat simple, casual, dan elegant sekaligus. Ini juga bisa dipakai untuk berbagai acara tanpa menyebabkan koleksi di lemari bertambah sekaligus dengan tingkat kemubaziran. Kalau mau tampil sedikit glam, dress polos bisa ditambahkan dengan payet-payet yang manis. As you know, payet itu nggak pernah mati. Selalu terlihat mevvah dan selalu berhasil menyentuh sisi glowi dari yang memakainya.

Posting Komentar

0 Komentar