![]() |
[Photo: Pexels/Monstera] |
Kata orang, saya termasuk orang di tim otak kanan. Bagian otak kanan didominasi dengan aktivitas yang mengerjakan tugas berhubungan langsung dengan kreativitas dan sesuatu yang ekspresif. Beberapa diantara aktivitas otak kanan seperti musik, warna, kemampuan mengenali wajah orang lain, mengekpresikan emosi, membaca emosi orang lain, intuisi, imajinasi, dan kreativitas.
Orang
otak kanan suka memvisualisasikan sesuatu. Bahkan dulu ada yang pernah
mengatakan agar tidak mengambil jurusan sains agar tidak menyesal seumur hidup.
Akan tetapi pada masa saya sekolah dulu belum keren kalau nggak masuk jurusan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Akhirnya saya juga berjuang untuk ikut tes demi
masuk jurusan IPA.
Masuk
jurusan IPA bagi saya bukan soal keren saja, tapi karena memang saya menyukai
pelajaran IPA terurama yang berkaitan dengan Kimia, Biologi, dan Fisika. Jadi,
tidak heran kalau saya berjuang untuk bisa masuk jurusan IPA. Padahal guru
Geografi saja waktu itu pernah mengingatkan, “mau keren masuk jurusan IPA.
Silahkan. Kalau mau fokus untuk masa depan, jurusan IPS yang selalu mendapat
peluang lebih besar.”
Lantas
orang-orang yang pro-IPA juga membuat pembelaan dengan kalimat, “anak IPA bisa
masuk kemana saja, jurusan mana saja. Anak IPA bisa kerja di bidang IPS, tapi
anak IPS tidak bisa kerja di bidang IPA.” Semakin mantaplah hati saya memilih
IPA sebagai jurusan saat di Aliyah dulu.
Pada
tahun 1960an, Roger W. Sperry menemukan teori otak kanan dan kiri. Dalam
temuannya dia juga mengatakan bahwa manusia memiliki satu kecenderungan
penggunaan bagian otak. Pada akhirnya teori ini terbantahkan juga. Manusia bisa
menggunakan otak kanan dan kiri bersamaan. Mungkin ini salah satu alasan saya
menyukai aktivitas otak kanan, tapi masih nyaman-nyaman saja mengerjakan
aktivitas otak kiri. Meskipun karir saya sepertinya akan terdukung sekali jika
ada jurusan bahasa. Saya suka belajar bahasa dan segala hal yang berkaitan
dengan literasi. Dunia sastra adalah dunia saya.
Hobi-hobi
saya pun dulunya selalu saya dukung karena ada sesuatu yang ingin saya lakukan
berkaitan dengan pekerjaan di masa depan. Meskipun sekarang semuanya seperti
ambyar. Dari keseluruhan daftar keinginan yang tulis di waktu masih duduk di
bangku Tsanawiyah (setara SMP), hanya satu hal yang tercapai.
Membaca
Saya
menyukai dunia membaca sejak pertama kali dibelikan majalah komik Donal Bebek
oleh Ayah. Waktu itu saya masih kelas satu Sekolah Dasar. Ayah membeli komik
Donal Bebek untuk merangsang minat baca saya dan keinginan saya belajar membaca
lebih cepat. Syukurnya saya memiliki ayah yang kutu buku, sehingga semua jenis
bacaan yang dapat merangsang minat baca anak juga berhasil. Setelahnya saya
memang lebih doyan membaca, bahkan tidak takut untuk dibelikan buku bacaan oleh
ayah dengan jumlah lebih banyak.
![]() |
[Photo: Aline Vilchenko] |
Buku
pertama yang saya baca berjudul Thomas
Alva Edison, sebuah buku cerita anak-anak tentang seri penemu. Tidak banyak
gambar, tulisannya besar-besar, dan tebalnya sekitar 100an halaman. Bermula
dari buku ini, saya keranjingan membaca. Saya juga mulai meminjam buku cerita
anak-anak di perpustakaan sekolah. Meski jumlahnya terbatas, tapi saya senang
bisa melewatkan waktu luang dengan membaca. Sampai akhirnya di bangku Aliyah,
saya mulai mengenal blog bernama multiply dan menamainya dengan skybluediary untuk menulis pengalaman
membaca saya.
Bermula
dadri hobi membaca, saya pernah punya keinginan untuk mendapatkan buku gratis
setiap bulan, mendapat tanda tangan penulisnya, bertemu dengan penulis buku
favorit, dan menjadi salah satu penulis. Alhamdulillah, hobi membaca ini
mewujudkan keinginan di masa kecil.
Menggambar
Kata
orang, saya punya bakat menggambar yang diturunkan langsung dari kakek saya
yang juga ahli dalam melukis. Bukan hanya kakek, ayah saya juga punya bakat
melukis yang diturunkan dari kakek. Gambar ayah bagus-bagus, tapi karena kekurangan
amunisi dalam melakukan hobinya, ayah tidak terlalu aktif menggambar. Begitupun
saya, tapi beruntungnya ayah masih mendukung saya meski ini tergolong hobi
lumayan mehong.
![]() |
[Photo: Pexels] |
Waktu
SD hingga SMP saya suka menggambar anime, membuat komik dan bercita-cita
menjadi animator. Sayangnya keiginan ini tidak mendapat tempat di hati banyak
orang. Ketika gambar-gambar saya yang berkaitan dengan rumah, fashion, dan ilustrasi
berupa doodle pun tidak mendapat tempat, saya tahu ini tidak berakhir baik-baik
saja.
Benar
saja, ketika saya mendapatkan Undangan Seleksi Masuk Universitas (USMU) di
jurusan Arsitektur pada tahun 2005, banyak orang yang menentang. Awalnya ayah
mendukung karena berpikir saya tidak akan lulus saat mendaftarkan diri di jalur
USMU. Siapa yang menyangka saya lulus dan harus mengubur mimpi saya dengan
mundur dari keinginan menjadi arsitek.
Menggambar?
Sesekali saya masih melakukannya. Namun hobi ini sudah lama tidak begitu aktif
saya lakukan. Meskipun check out perlengkapan
seni selalu terjadi hampir setiap bulan.
Menulis
Suka
membaca, sudah pasti suka menulis. Begitu kata orang, tapi banyak juga
teman-teman yang suka membaca tidak suka menulis. Walaupun di berbagai macam
grup literasi saya menemukan banyak penulis yang awalnya adalah pembaca setia. Circle-nya itu-itu saja.
![]() |
[Photo: Pexels] |
Pertama
kali saya menulis kelas lima SD. Waktu itu ayah saya juga yang memberi motivasi
dengan kalimat, “kalau sudah baca cerita orang, coba mulai menulis cerita
sendiri. Cerita sehari-hari yang kamu alami bisa dijadikan cerita. Kemudian
akhir ceritanya diubah.” Saya pun menurut dengan rajin menulis diary, akhirnya
cerpen pertama saya tentang dicakar lahir. Judulnya Gara-Gara Si Kureng. Kureng adalah nama kucing yang menciptakan
parut cukup dalam di wajah bagian atas sebelah kiri. Sampai sekarang bekasnya
masih tersisa.
Bermula
dari cerpen anak, saya menulis cerpen remaja, dan akhirnya untuk level yang
lebih berat yang disebut sastra. Semuanya bertahap sesuai usia. Saya membeli
buku double folio untuk menulis
cerpen-cerpen saya. Tertuang juga di buku-buku tulis. Saat di bangku Aliyah,
saya semakin senang dan semangat karena teman-teman menanti kelanjutan
cerita-cerita saya di mading. Mereka juga meminjam buku tulis Kiky yang isinya cerita bersambung Kutunggu Di Jalur Gaza. Awalnya cerbung
ini akan dimuat di mading, tapi madingnya vakum mendadak.
Di
antara semua hobi, menulis termasuk hobi yang berkelanjutan dan berhasil saya
coret dengan senang hati. Saya mencapai kelegaan dan puncak kebahagiaan setiap mendapatkan
kabar bahwa tulisan itu dipublikasikan dan mereka meminta nomor rekening saya
untuk transfer honor.
Kata
orang-orang, sebaik-baiknya hobi adalah yang menghasilkan uang. Saya
menambahkan lagi, “dan membuat hati bahagia luar dalam.” Well, jika hobi sudah mulai bergantung kepada uang, tekanan juga
akan muncul karena pada akhirnya kita akan menjadikan dia sumber penghasilan
utama. Namanya bekerja pasti ada tekanan, kan?
0 Komentar