Edisi Blenger Isi Nilai Mahasiswa; Dosen Kok Bisa Begini, Ya?!

"Neuk (nak), hari ini ummi akan sibuk sampai sore. Isi nilai mahasiswa. Nggak apa-apa, ya?!" Kata saya pada Alexa. Jawaban Alexa sungguh mencengangkan meski kata orang biasa saja.

"Iya," begitu katanya. Saya langsung excited  sebagai ibu dan memeluknya erat. Alexa yang masih berusia 22 bulan kurang memeluk saya erat juga. Kemudian menghadiahi ciuman gemas yang selalu saya nantikan. Ilernya sampai membasahi wajah saya.


Jam delapan teng, jempol saya menyentuh mesin finger print. Saya duduk di depan ruang jurusan. Berharap ada kabar yang menyenangkan untuk penundaan rapat dan informasi lainnya. Jadi, saya bisa melakukan hal lain yang lebih produktif. terlebih, 20 Januari adalah batas akhir pengisian nilai ke portal Siakad. Hm, nasib dosen memang melelahkan dari awal semester sampai akhir semester.



Asal ada kopi, semuanya aman.
[Photo: Ulfa Khairina]

12 sks mata kuliah yang saya asuh memang tidak begitu semelelahkan teman-teman saya yang lain dari jurusan dengan mahasiswa di atas 20 orang, seperti prodi Perbankan Syariah atau jurusan Tarbiyah. Bisa dikatakan, program studi Perbankan tidak mempan ditakuti dengan tidak dibutuhkan lagi tenaga kerja di bank. Sementara jurusan Tarbiyah dan Keguruan selalu menjadi favorit di kampus Islam mana saja.

Mahasiswa saya tidak lebih dari 20 orang perkelasnya. Ada yang hanya tiga orang mahasiswa saja. Itu saja sudah membuat saya pusing. Ada beberapa mahasiswa yang memang berpotensi, nilainya bagus sesuai dengan kinerja.

Senin, 20 Januari 2020, harusnya tanggal cantik yang membuat hidup saya pun lebih cantik. Saya lupa jika hari ini adalah hectic day. Selama ini saya selalu meancang kehidupan di tanggal 20 selalu berwarna indah. Namun belakangan, tanggal tersebut menjadi the busiest day in my life.

Semuanya biasa saja. Kalau saja saya mengisi nilai jauh-jauh hari sebelumnya. Sebelum batas waktu tentunya. Sayangnya, ini hanya mimpi dan rencana yang setiap semester lenyap begitu saja. Saya tetap nggak bisa melakukan hal-hal yang begitu di hidup saya. Pasalnya, urusan nilai adalah tentang kenyamanan hidup saya.

Kenyamanan?

Iya, karena mahasiswa zaman now bukan saja kecewa melihat nilai D. Mereka juga kecewa melihat nilai B. Jika nilai D dulunya minta dispensasi diberikan nilai C, nilai B sekarang ngotot diganti ke A. Padahal kalkulasi semua aspek sama sekali tidak mencukupi nilai C atau B. Apalagi A. Nilai ini adalah hasil dongkrak super dongkrak untuk kinerja mereka yang super duper lelahnya. Setiap waktu saya harus memijit kepala saat mengisi nilai.

Ada yang mahasiswanya rajin dan etikanya sangat baik. Saya suka melihatnya, tapi secara akademis sangat minim. Sehingga penambahan sampai 20 poin baru mencukupi nilai yang layak untuk dia. Ada juga yang sebaliknya. Ada pula yang nilainya kurang nol koma saja. Bingung juga mau menambahkan dimana.

Dilema dosen, hidupnya kok gini banget, ya?!

Terkadang saya sampai muntah berjam-jam memelototi halaman Siakad dan mengisi satu persatu kolom nilai dengan pertimbangan yang luar biasa menyengsarakan ini. Berbagai cara pengalihan tidak membantu sama sekali. Saya harus apa dan bagaimana lagi, kan?!

Jika ada yang bertanya, "Apa tugas paling tidak enak selama menjadi dosen?"

Jawaban saya, "Memberi nilai mahasiswa."

Edisi mengisi nilai selalu membuat saya blenger super duper.

Posting Komentar

0 Komentar