Curcol Di Balik Nilai

Malam paling membahagiakan bagi saya adalah malam pengisian nilai. Ya, meskipun pengisian nilai tidak mutlak dilakukan pada malam hari. Bagi saya lebih afdhal dilakukan malam hari, sebelum tidur. Ada sensasi khusus yang saya rasakan setelah mengisi nilai. Plong! Bebas! Apalagi jika nilai para mahasiswa sangat indah. Hanya bertengger A dan B. Sampai selesai pengisian nilai saya terus senyum-senyum sendiri.



Terkadang kebahagiaan itu pun hanya sesaat. Hari selanjutnya akan berlanjut dengan teror WA, teror SMS, bahkan telepon. Siapa lagi kalau bukan mereka yang nilainya mati-matian saya dongkrak agar terasa adil untuk semua pihak. Ketidak puasan mereka terkadang membawa mimi buruk bagi saya.

Nilai A, selalu dikejar. Walau tanpa usaha maksimal.
[Photo: Search by Google]

Umumnya isi pesan sama, "Bu, kenapa nilai saya hanya B."

What?

Hanya B. Ya, B!

Mereka yang tidak puas mempertanyakan B. Jika situasi hati saya sedang pas, jawaban saya sederhana sekali, "Saya tidak tega memberi kamu C. Makanya nilainya saya tambah sedikit. Berhubung kamu juga rajin datang dan rajin buat tugas."

Terkadang ada mahasiswa yang sadar diri dan mengakhiri perbincangan dengan ucapan terima kasih. Ada pula yang tidak mengucapkan terima kasih sama sekali. Mereka malah meminta remedial. Ada pula yang berani melobi dengan cara ala politkus, "Bu, tolonglah saya. Kali ini saja saya meminta pada ibu. Saya akan lakukan apapun asal ibu memberi nilai tambahan untuk saya, bu. Ibu boleh suruh saya membuat makalah atau apa saja, bu. Asal nilai saya tidak C. Daripada ibu berikan C lebih baik D atau E sekalian."

Mahasiswa jenis ini sangat unik. Mereka bukan saya memohon dan melatih diri menjadi penjilat di usia muda. Mereka juga mendikte.

Untuk mengubah nilai dari C ke B dia hanya meminta tugas makalah. Sementara teman-temannya jungkir balik semalaman belajar, buat tugas, berusaha datang pagi, tampil maksimal saat presentasi. Ck ck ck, entah mengapa, saya paling anti dengan mahasiswa jenis ini.

Umumnya mereka datang setelah nilai terpampang di portal. Dengan gampang pula saya akan menjawab, "Portal sudah ditutup, nilai tidak bisa diotak atik lagi."

Saya pun sudah kebal telinga untuk mendengar sumpah serapah dari mereka yang tidak puas dengan penilaian objektif. Sekarang berbicara keadilan, bukan tolong menolong dalam loncat nilai.

Setelah rentetan SMS meminta nilai ini, sekitar beberapa malam lagi saya menderita insomnia akut. Bukan kepikiran karena diserang oleh permintaan nilai lebih tinggi. Insomnia menyerang karena setiap semesternya pasti ada saja yang pantang menyerah untuk menelepon berulang kali, mengirim sms tiap menit, bahkan ada yang melakukan video call di WA. Mahasiswa  zaman now memang unik.

Finally, semester ganjil tahun ajaran 2018/2019 berakhir. Saya bahagia karena nilai mereka cukup bagus dengan hasil kerja keras yang maksimal. Beberapa tulisan mereka akan saya bagikan di blog. Ini tandanya mereka memang bekerja keras.

Well, hard work will pay off.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Superr patenn mahasiswa 😂
    4 tahun kuliah gak pernah sms dosen protes nilai 😥

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mahasiswa yang baik tidak mengemis nilai, dek. Tapi menyadari bahwa sedikitnya nilai harus diperbaiki.

      Hapus