Sama
seperti teman-teman lain, saya juga mendapatkan pertanyaan yang sama tentang
kuliah di luar negeri seperti apa. Khususnya yang berkaitan dengan kuliah di
China. Jawaban saya mungkin sama dengan teman-teman lain yang kuliah di China.
Di sini saya akan menjawab versi saya yang kuliah di Beijing, ibukota negara
China (sekarang mulai disebut Tiongkok).
Q&A 1: Kenapa memilih kuliah ke China,
bukan negara lain?
Saya
tidak punya jawaban diplomatis untuk menjawab pertanyaan ini. Satu-satunya
alasan saya kuliah di China cukup klasik, yaitu karena saya lulus panggilan
beasiswa di negara ini. China lah yang pertama kali mengeluarkan Letter of Admission (LoA) untuk gadis
Aceh yang malang ini. Setelah pengurusan visa dan lain-lain, baru pengumuman
dari kampus negara lain keluar. Jadi saya memilih China.
Berada di salah satu keajaiban dunia. |
Selain
itu, almarhum ayah saya sangat yakin hatinya jika saya pergi ke negeri ini.
Katanya dengan ke China saya akan mendapatkan banyak hal baru sebagai modal
saya untuk ke negara lain. Pepatah Arab ‘Tuntutlah ilmu walau ke negeri China’
salah satu landasan yang memperkuat untuk ke sana. China dikenal dengan negara
peradaban yang memiliki budaya tinggi dan masih dipertahankan hingga kini. Di
China juga terdapat salah satu keajaiban dunia. Tembok raksasa yang terkenal
itu.
Q&A 2: Bagaimana cara kuliah ke China?
Gampang!
Daftar saja ke kampus yang kita inginkan, bayar SPP dan masuk kuliah. Itu
simpelnya. Saya sendiri kuliah ke China atas dana beasiswa China Scholarship Council (CSC). Untuk mendapatkannya, saya berusia
memenuhi syarat dan berdoa agar salah satu keberuntungan jatuh atas nama saya.
Setelah beberapa kali gagal, akhirnya saya dapatkan beasiswa ini.
Alumni penerima beasiswa CSC dan para dosen. |
Q&A 3: Apakah ada ujiannya?
Tergantung
kampus. Secara keseluruhan mereka melihat dari study plan yang kita buat dan lampirkan ketika mendaftar. Ada juga
kampus-kampus yang rempong meminta calon mahasiswa mengikuti ujian lagi. Mengikuti
wawancara dan lain-lain. saya sendiri mengikuti proses ujian itu setelah berada
di sana, sebelum masuk ke kelas jurusan.
Persiapkan ujian! Hard work will pay off [Photo: Ulfa Khairina] |
Q&A 4: Kenapa memilih Beijing, bukan
Shanghai, Wuhan atau kota lainnya?
Beijing
memilih saya. Bukan saya memilih Beijing. Ketika mendaftar, kita memilih tiga
kampus dengan satu jurusan. Satu di antara kampus tersebut akan memilih kita.
Bisa jadi tidak satu pun pilihan yang kita ajukan itu menerima, tetapi jika
kita cukup berkualifikasi untuk lulus, CSC akan memilih dan menempatkan kita
kemanapun yang mereka mau.
Beijing kota yang unik. [Photo: I Nyoman Santika] |
Q&A 5: Bagaimana biaya hidup di sana?
Tergantung
daerah. Sama seperti wilyah lain di dunia, ibukota selalu meraup biaya hidup
yang lebih tinggi. Beijing tergolong mahal, meskipun Shanghai lebih mahal lagi.
Kalau mengikuti gaya hidup glamor, Beijing adalah tempat yang tepat. Asal kuat
di kantong.
Beijing punya dua tawaran; hidup di kelas atau hidup berkelas. [Photo: Ulfa Khairina] |
Secara
umum dan aturan yang ada tidak boleh. Selanjutnya tergantung di wilayah mana
kita tinggal dan jenis pekerjaan apa yang kita lakukan. Di Beijing sama sekali
tidak boleh. Banyak sekali teman-teman saya mendapat peringatan dan ada pula
mahasiswa asing yang dipenjara karena bekerja. Meskipun begitu banyak juga
mahasiswa yang diam-diam melakukan pekerjaan part time untuk memenuhi kebutuhannya.
Sangat
aman. Banyak pemberitaan di media massa, khususnya di media online, menyebarkan
berita negative tentang China. Selama tiga tahun di China, di tengah maraknya
isu terorisme dan islamophobia, belum
ada kendala yang berarti saya hadapi di sana. Bahkan muslim tergolong istimewa
di China. Dimana-mana ada rumah makan muslim, di kampus ada kantin muslim.
Beijing memiliki lebih dari 62 mesjid yang tersebar di seluruh kota. Ada pula
pusat masyarakat muslim di tiap kota dan sekolah muslim dijalankan dengan
legal.
Mie instan pun tersedia yang halal. |
Q&A 8: Kuliah di sana seperti apa? Banyak
tugas? Pakai Bahasa apa?
Kuliah
di sana sangat disiplin, tidak ada istilah main-main. Khususnya mahasiswa lokal
yang tingkat persaingannya cukup tinggi. Tugas banyak sekali. Perpustakaan
kampus bisa dipastikan selalu penuh, tidak ada kursi jika datang di jam luang
waktu kuliah.
Perkuat bahasa. Apalagi jika masuk jurusan komunikasi. [Photo: Ulfa Khairina] |
Jika anda memiliki pertanyaan seputar study di China, silahkan komen di box komentar. Semoga artikel singkat ini bisa membantu menjawab keingintahuan anda.
1 Komentar
Very Good words�� & always keep spirit to make your dream come true ☺
BalasHapus